INIRUMAHPINTAR.COM - Terkadang dalam menghadapi kehidupan, ada saja kendala yang ditemui. Datangnya pun tidak pernah terduga. Bahkan hal sepele dapat menjadi besar. Tidak terkecuali menghinggapi orang-orang yang saling menyayangi. Begitulah kehidupan. Tidak semua jalan yang dilalui selalu mulus. Boleh jadi keinginan kita bertentangan dengan keinginan orang lain, atau dengan orang terdekat kita.
Perlu disadari juga, semua orang memang memiliki keinginan. Namun, setiap keinginan belum tentu akan terwujud atau tertunda untuk waktu di masa depan.
Faktor usaha dan doa juga memiliki andil dalam perjalanan hidup manusia, termasuk dalam mewujudkan keinginan menjadi kenyataan.
Yang paling penting, di dalam hak kita mewujudkan keinginan, ada hak orang lain atau orang terdekat kita yang membatasi.
Dengan kata lain, setiap hak individu memiliki keterbatasan. Inilah yang disebut penghormatan atau penghargaan.
Lagipula, dalam hubungan sesama manusia, perlu etika agar terjalin keakraban dan keharmonisan.
Contoh di dalam lingkungan keluarga, ketika seorang anak (adik) memiliki hak untuk mendapatkan "pakaian yang layak" dan pada saat yang bersamaan ia punya keinginan dibelikan baju baru ketika orang tuanya belum sanggup, entah karena belum cukup uang atau ada prioritas lain yang lebih penting, misalnya untuk membiayai kuliah saudaranya (kakak).
Dalam kasus tersebut hak adik dibatasi oleh hak kakak. Orang tua yang bijak tentu mendahulukan prioritas dengan mendahulukan alokasi uang untuk kuliah sang anak tertua. Sementara adik perlu pengertian bahwa kakaknya lebih butuh untuk saat itu.
Ketika nanti terkumpul dana setelah pemenuhan hak prioritas, orang tua dapat membelikan baju baru untuk sang anak bungsu.
Atau kasus lain, sang anak memiliki hak memilih jurusan ketika mau kuliah, hak memilih pasangan ketika mau menikah, hak memilih ini dan itu dalam keluarga meski menggunakan uang sendiri. Selama masih ada orang tua, apalagi jika hidup se-atap, tetaplah hormati hak orang tua "memberikan nasihat, pertimbangan atau bahkan permintaan".
Berikan ruang bagi orang tua sebagai orang yang dituakan dan dimintai petuah. Jangan memaksakan hak tanpa batas dan sebebas mungkin. Meskipun permintaan orang tua terkadang tidak sejalan dengan keinginan, selama tidak ada yang salah, lebih baik berbesar hatilah agar tercipta keharmonisan.
Intinya adalah jauhi keras kepala ketika ada keinginan karena tidak semua keinginan sejatinya adalah kebutuhan.
Dahulukan keharmonisan keluarga dibanding mendahulukan pemenuhan hak.
Meskipun terkadang tidak mudah, tetapi itu adalah jalan terbaik daripada hidup berdampingan dalam keretakan.
Orang tua tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Sang anak pun perlu menghargai orang tuanya. Sampai kapan pun tidak ada mantan anak, tidak ada juga mantan orang tua.
Jangan karena keras kepala, nuansa keluarga menjadi neraka.
Belajarlah berbesar hati, agar terbiasa, dan menjadi pelajaran untuk dibawa ke kehidupan baru bersama pasangan kelak.
Apalagi jika suatu saat, kalian masih serumah dengan mertua. Pandai-pandailah menata diri. Termasuk dalam mewujudkan keinginan. Beradaptasilah dengan budaya keluarga tersebut, jangan memaksakan budayamu di lingkungan baru.
Lain ladang, lain ikannya. Lain tempat, lain budayanya. Tetaplah dahulukan keharmonisan di atas segalanya. Jauhi keras kepala, karena tidak ada orang yang dapat bertahan lama dengan keras kepala.
Terimalah nasihat selama itu baik. Jangan pernah memaksakan pemenuhan hak tanpa melibatkan hak orang lain, terutama orang tua/mertua. Terlebih lagi jika hidup serumah.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!