Apa itu Doxxing? Ini Penjelasannya - INIRUMAHPINTAR.com
Beranda · Sekolah · Kuliah · Sastra · Motivasi · Artikel Opini · Ulas Berita · English Corner · Ragam · Info · Forum Tanya Jawab Matematika · Jasa Pasang Iklan Murah

Apa itu Doxxing? Ini Penjelasannya

 

INIRUMAHPINTAR.COM - Hampir setiap orang saat ini memiliki akun sosial media. Mulai dari Facebook, Twitter yang kini berubah nama menjadi X, YouTube, TikTok, Instagram, hingga WhatsApp and Telegram. Berbagai aktivitas yang sebelumnya dilakukan di kehidupan nyata, seiring berjalannya waktu beralih ke dunia virtual yang lebih cepat. Apalagi semenjak pandemi Covid-19 melanda beberapa tahun silam, terjadi perubahan kebiasaan yang masif. 

Dulu, orang-orang merasa aneh jika belajar melalui aplikasi meeting karena naluri manusia sejatinya adalah bersosialisasi. Namun, keadaan telah berubah. Pembelajaran online telah menjadi hal biasa bagi manusia saat ini, terutama gen Z. Bahkan, aktivitas jual-beli, bekerja, kuliah, mencari uang, hingga mencari jodoh, semua dapat dilakukan secara daring. Kita pun tidak perlu meninggalkan rumah karena semuanya dapat dilakukan melalui smartphone.

Teknologi yang semakin maju di satu sisi memang memberikan kemudahan, tetapi ada banyak ancaman yang mengintai setiap saat ketika kita tidak bijak dan berhati-hati.

Sadar atau tidak, setiap akun sosial media yang kita miliki terkoneksi dengan data pribadi. Belum lagi, konten-konten yang kita upload ke dunia virtual. Terkadang berisi informasi tentang kehidupan sehari-hari. Akibatnya, privasi telah menjadi rahasia umum.


 

Lebih parahnya lagi, banyak orang-orang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan data pribadi orang lain untuk tujuan kejahatan. 

Salah satunya adalah doxxing. Apa itu doxxing? Menurut Wikipedia, doxxing berasal dari kata dox, singkatan dari document. Kata tersebut diserap ke bahasa Indonesia menjadi doksing, tetapi lebih populer dengan sebutan doxxing

Doxxing adalah upaya pencarian data pribadi seseorang atau organisasi secara online melalui sosial media untuk tujuan penelitian atau tujuan-tujuan tertentu lalu dilanjutkan dengan penyebarluasan ke pihak tertentu, biasanya disertai dengan pemerasan, paksaan, atau tujuan kejahatan. 

Doxxing biasanya dilakukan melalui peretasan terhadap akun sosial media. Doxxing dilakukan bukan secara tidak sengaja. Pelaku doxxing benar-benar menargetkan orang atau organisasi yang ingin dieksekusi. 

Lalu, apa tindakan kita sebagai pengguna sosial media? 

Mulai saat ini, selain memiliki keterampilan untuk menggunakan sosial media apapun kita pun wajib membekali diri dengan kemampuan preventif atau pencegahan.

Bagaimana caranya? Pertama, gunakan sosial media sewajarnya. Jangan pernah menyebarkan informasi pribadi yang terlalu privasi karena sangat mungkin menjadi target doxxing

Kedua, jangan menginstal aplikasi secara sembarangan. Terkadang ada notifikasi yang tampil di layar ponsel ketika membuka sebuah situs yang menampilkan sebuah informasi penting. Berhati-hatilah, tidak semua notifikasi tersebut benar-benar aman. Terkadang, itu mengarahkan ke situs berbahaya yang dapat berujung peretasan akun pribadi. Di sinilah doxxing kadang terjadi tanpa disengaja oleh korban yang sudah ditargetkan. 

Ketiga, tingkatkan keamanan akun sosial media dengan menggunakan password yang tidak mudah ditebak, biasanya menggunakan kombinasi huruf, angka, karakter yang beragam. Kalau perlu, siapkan pengamanan akun dua hingga tiga lapis. Jadi, orang-orang jahat tidak mudah melakukan peretasan atau pembobolan akun yang berujung pada doxxing

Keempat, jadikan kegiatan bersosial media sebagai ajang mencari teman dan menambah pengetahuan, bukan mencari musuh atau memicu kontroversi opini. Jangan sampai, orang-orang tidak bertanggung jawab memilih Anda sebagai target doxxing karena perbuatan Anda sendiri. 

Kelima, jika mau benar-benar aman dari doxxing, maka tidak usah membuat akun sosial media, kecuali Anda benar-benar membutuhkannya. Karena selain berpotensi untuk penyalahgunaan seperti doxxing, sosial media juga memiliki daya tarik negatif yang mengaktifkan produksi hormon dopamin sehingga memicu kecanduan atau ketergantungan. 

Kesimpulan

Doxxing dapat mengintai siapa saja tanpa terkecuali. Oleh karena itu, seluruh pengguna sosial media perlu upaya pencegahan dan sikap bijak dalam menggunakannya. Lebih baik mencegah daripada mengobati, begitu peribahasanya. Artinya, jangan coba-coba jika belum punya ilmunya. Lindungi diri dan keluarga dari aksi tidak bertanggung jawab di dunia internet.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!