Ini Manfaat dari Memainkan Permainan Tradisional di Era Sekarang
INIRUMAHPINTAR.com - Permainan tradisional adalah segala bentuk bentuk permainan yang bersifat kedaerahan, umumnya dimainkan berdua atau secara berkelompok. Biasanya dimainkan di halaman rumah, di lahan kosong, atau di lapangan. Namun, ada juga yang bisa dimainkan di dalam rumah.
Popularitas permainan tradisional berada di puncak di tahun 80 hingga 90-an. Saat itu, belum ada full day school yang mewajibkan anak-anak sekolah dari pagi hingga sore. Teknologi gadget dan internet pun belum seramai sekarang.
Sepulang sekolah, anak-anak Indonesia di era tersebut berkumpul di suatu tempat dan memainkan permainan yang mereka sepakati. Namun, sebelum bermain biasanya mereka pergi mengaji dulu atau membantu orang tua.
Sehingga dunia jaman dulu membentuk anak-anak sehat bugar karena aktivitas bermain yang banyak berkaitan dengan aktivitas fisk tanpa meninggalkan sisi ibadah.
Jenis permainan tradisional pun sangat beragam. Ada yang menggunakan karet gelang, bola kasti, tutup detergen, kaleng bekas, atau potongan kayu.
Anak-anak laki-laki biasanya bermain kelereng, layang-layang, kasti, atau petak umpet. Sedangkan anak-anak perempuan bermain lompat tali, bongkar pasang, masak-masak, atau lempar bola kasti. Selain permainan yang mengandalkan ketangsan fisik, ada juga permainan adu otak seperti pancasila 5 dasar. Selain itu, masih banyak lagi permainan tradisional yang sebutannya berbeda-beda setiap daerah.
Di tanah Bugis misalnya, permainan tradisional yang populer di era itu meliputi massallo, mattettte congkang, maggoli, maggalanto, maggulinta, majjeka, mabbala bang, mammayang, maccule getta, mappasajang, dan masih banyak lagi lainnya.
Yang bikin seru dari semua permainan tersebut adalah interaksi sosial dan aktivitas fisiknya. Bahkan ada juga yang butuh kekompakan tim. Jadi, nilai edukatif masih tetap terjaga di sejumlah permainan.
Dan kelebihan lainnya adalah bahan-bahan yang digunakan untuk bermain sangat mudah didapatkan. Hanya mengandalkan kreativitas.
Ketika ingin bermain gasing misalnya, ya tinggal buat sendiri. Bahannya dari bambu atau kayu yang banyak berserakan di mana-mana. Mau main layang-layang, tinggal cari bambu di pinggir sungai atau di hutan belakang rumah. Mau main tembak-tembakan basoka, tinggal buat dari bambu. Mau main ledak-ledakan ala petasan, tinggal buat dari busi bekas. Bahkan jika ingin punya cincin perhiasan, anak-anak jaman dulu bisa bikin sendiri dari uang logam 100 perak.
Kalau sekarang, anak-anak bermain game battleground di dunia virtual seperti Free Fire atau PUBG, anak 80-an atau 90-an di eranya langsung bermain battleground di area terbuka dengan mengandalkan senjata bambu yang menggunakan peluru kertas atau biji tanaman semak yang dulu mudah didapatkan.
Sebenarnya lebih seru, karena kreativitas membuat senjata mainan sendiri benar-benar terasah. Belum lagi, suasana bermain battleground di alam terbuka yang begitu mengutak-atik adrenalin. Apalagi ketika bertemu musuh satu lawan satu. Bikin greget dag dig dug der. Anak-anak jaman sekarang mana tau rasanya...
Dari segi manfaat, permainan tradisional memang lebih menyehatkan dan edukatif sebenarnya, tapi dunia telah berubah. Teknologi telah menyulap peradaban menjadi lebih individual. Kemudahan yang ada di genggaman pun menjadikan aktivitas fisik semakin berkurang.
Namun, tahukah kalian jika memainkan permainan tradisional di era sekarang tetap saja punya banyak manfaat. Berikut ini manfaat yang dapat kalian rasakan:
___
Memainkan permainan tradisional sesungguhnya punya banyak manfaat. Namun, untuk menjadikannya sebagai permainan sehari-hari butuh suatu lingkungan yang memadai. Tanpa adanya dukungan lingkungan, dan kebijakan pemerintah, semuanya mustahil.
Mari kita renungkan keadaan sekarang. Kebijakan full day school dari pemerintah memaksa anak-anak untuk hidup lebih lama di sekolah ketimbang di lingkungan rumahnya. Ketika mereka pulang di waktu sore, tidak ada lagi waktu untuk keluar bermain karena kelelahan setelah beraktivitas di sekolah seharian.
Akhirnya, jalan terakhir untuk refreshing adalah bermain ponsel atau Playstation. Hasilnya....lihat sendiri bagaimana keadaan generasi muda kita saat ini. Jauh dari kepekaan sosial, dan semakin individualis.
Jika ingin menghidupkan kembali permainan tradisional, maka tidak cukup hanya dengan mengandalkan satu keluarga atau satu kompleks. Perlu ada kebijakan pemerintah dan kesepakatan bersama.
Popularitas permainan tradisional berada di puncak di tahun 80 hingga 90-an. Saat itu, belum ada full day school yang mewajibkan anak-anak sekolah dari pagi hingga sore. Teknologi gadget dan internet pun belum seramai sekarang.
Sepulang sekolah, anak-anak Indonesia di era tersebut berkumpul di suatu tempat dan memainkan permainan yang mereka sepakati. Namun, sebelum bermain biasanya mereka pergi mengaji dulu atau membantu orang tua.
Seorang anak terlihat fokus bermain maggoli (kelereng) - inirumahpintar.com |
Sehingga dunia jaman dulu membentuk anak-anak sehat bugar karena aktivitas bermain yang banyak berkaitan dengan aktivitas fisk tanpa meninggalkan sisi ibadah.
Jenis permainan tradisional pun sangat beragam. Ada yang menggunakan karet gelang, bola kasti, tutup detergen, kaleng bekas, atau potongan kayu.
Anak-anak laki-laki biasanya bermain kelereng, layang-layang, kasti, atau petak umpet. Sedangkan anak-anak perempuan bermain lompat tali, bongkar pasang, masak-masak, atau lempar bola kasti. Selain permainan yang mengandalkan ketangsan fisik, ada juga permainan adu otak seperti pancasila 5 dasar. Selain itu, masih banyak lagi permainan tradisional yang sebutannya berbeda-beda setiap daerah.
Di tanah Bugis misalnya, permainan tradisional yang populer di era itu meliputi massallo, mattettte congkang, maggoli, maggalanto, maggulinta, majjeka, mabbala bang, mammayang, maccule getta, mappasajang, dan masih banyak lagi lainnya.
Yang bikin seru dari semua permainan tersebut adalah interaksi sosial dan aktivitas fisiknya. Bahkan ada juga yang butuh kekompakan tim. Jadi, nilai edukatif masih tetap terjaga di sejumlah permainan.
Dan kelebihan lainnya adalah bahan-bahan yang digunakan untuk bermain sangat mudah didapatkan. Hanya mengandalkan kreativitas.
Ketika ingin bermain gasing misalnya, ya tinggal buat sendiri. Bahannya dari bambu atau kayu yang banyak berserakan di mana-mana. Mau main layang-layang, tinggal cari bambu di pinggir sungai atau di hutan belakang rumah. Mau main tembak-tembakan basoka, tinggal buat dari bambu. Mau main ledak-ledakan ala petasan, tinggal buat dari busi bekas. Bahkan jika ingin punya cincin perhiasan, anak-anak jaman dulu bisa bikin sendiri dari uang logam 100 perak.
Kalau sekarang, anak-anak bermain game battleground di dunia virtual seperti Free Fire atau PUBG, anak 80-an atau 90-an di eranya langsung bermain battleground di area terbuka dengan mengandalkan senjata bambu yang menggunakan peluru kertas atau biji tanaman semak yang dulu mudah didapatkan.
Sebenarnya lebih seru, karena kreativitas membuat senjata mainan sendiri benar-benar terasah. Belum lagi, suasana bermain battleground di alam terbuka yang begitu mengutak-atik adrenalin. Apalagi ketika bertemu musuh satu lawan satu. Bikin greget dag dig dug der. Anak-anak jaman sekarang mana tau rasanya...
Dari segi manfaat, permainan tradisional memang lebih menyehatkan dan edukatif sebenarnya, tapi dunia telah berubah. Teknologi telah menyulap peradaban menjadi lebih individual. Kemudahan yang ada di genggaman pun menjadikan aktivitas fisik semakin berkurang.
Namun, tahukah kalian jika memainkan permainan tradisional di era sekarang tetap saja punya banyak manfaat. Berikut ini manfaat yang dapat kalian rasakan:
1. Semakin sehat
Hal itu dikarenakan permainan tradisional butuh ketangkasan fisik. Jadi, sambil bermain juga berolahraga.2. Mempererat hubungan sosial
Dengan adanya interaksi yang terjadi secara langsung, maka hubungan sosial ketika bermain permainan tradisional semakin erat.3. Hidup lebih berwarna
Karena banyaknya jenis permainan tradisional yang dapat dimainkan, pengalaman yang dihasilkan pun beragam. Itulah yang membuat hidup menjadi semakin berwarna dan akan terus menjadi kenangan manis hingga kapanpun.4. Mengasah kreativitas
Karena permainan tradisional butuh alat-alat bermain yang variatif, maka setiap anak yang memainkannnya tertantang untuk membuat alat bermain sendiri yang secara tidak langsung mengasah kreativitasnya.5. Menumbuhkan rasa tenggang rasa dan kepedulian sosial
Permainan tradisional tidak akan seru tanpa hadirnya kawan bermain. Namun, terkadang kawan bermain tidak memiliki alat bermain. Sehingga ada momen untuk menyiapkan alat bermain bersama-sama. Di sanalah tumbuh rasa tenggang rasa dan kepedulian sosial yang makin solid.___
Memainkan permainan tradisional sesungguhnya punya banyak manfaat. Namun, untuk menjadikannya sebagai permainan sehari-hari butuh suatu lingkungan yang memadai. Tanpa adanya dukungan lingkungan, dan kebijakan pemerintah, semuanya mustahil.
Mari kita renungkan keadaan sekarang. Kebijakan full day school dari pemerintah memaksa anak-anak untuk hidup lebih lama di sekolah ketimbang di lingkungan rumahnya. Ketika mereka pulang di waktu sore, tidak ada lagi waktu untuk keluar bermain karena kelelahan setelah beraktivitas di sekolah seharian.
Akhirnya, jalan terakhir untuk refreshing adalah bermain ponsel atau Playstation. Hasilnya....lihat sendiri bagaimana keadaan generasi muda kita saat ini. Jauh dari kepekaan sosial, dan semakin individualis.
Jika ingin menghidupkan kembali permainan tradisional, maka tidak cukup hanya dengan mengandalkan satu keluarga atau satu kompleks. Perlu ada kebijakan pemerintah dan kesepakatan bersama.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!