Walaupun belum ada acuan atau pedoman paten yang dikeluarkan oleh pemerintah hingga saat ini, pembelajaran daring (dalam jaringan) atau sebutan lainnya adalah pembelajaran online kini dijalankan sesuai kebijakan lembaga pendidikan masing-masing. Akibatnya, proses belajar daring ini terlaksana sangat variatif dengan gaya masing-masing sekolah.
Itu tidak bisa dipungkiri karena sejumlah alasan. Setiap sekolah tentu punya pertimbangan khusus berdasarkan indikator pendukung. Hal tersebut meliputi ketersediaan gadget para peserta didik, kesiapan membeli kuota internet, dan ketersediaan jaringan di tempat tinggal mereka.
Namun, hal yang paling mendasar sekaligus menjadi momok mematikan yang tidak terpikirkan oleh banyak pihak penyelenggara pendidikan sesungguhnya bukanlah dari pihak peserta didik melainkan dari pihak pendidik. Seberapa siapkah guru-guru kita menyediakan pembelajaran online yang benar-benar efektif, on target, dan efisien?
Kita tidak boleh bersembunyi dari fakta bahwa banyak orang tua yang kini mulai mengeluhkan sistem pembelajaran online yang ternyata bukan sebenar-benarnya pembelajaran, melainkan hanya berupa penugasan online.
Dan ini bukan persoalan kecil, karena kegagalan dalam menyelenggarakan pembelajaran online berdampak pada peserta didik. Yang dikhawatirkan kemudian adalah, pembelajaran online yang salah kaprah karena ketidaksiapan guru, bukannya mencerdaskan anak bangsa, malah justru akan membebani anak bangsa dengan tuntutan macam-macam.
Ini 6 Pedoman Pembelajaran Online yang Wajib Dikuasai Guru - inirumahpintar.com |
Saya melihat memang sebagian guru-guru kita khilaf dalam menyelenggarakan pembelajaran online. Mereka hanya fokus pada penugasan online.
Mana mungkin anak-anak ditugaskan untuk berenang tanpa pernah diajar teknik berenang terlebih dahulu, atau menugaskan mereka memanjat pohon sementara gurunya belum pernah menunjukkan dan menjelaskan cara memanjat pohon yang benar.
Faktanya, seperti itulah yang terjadi, misalnya pada pembelajaran matematika. Peserta didik ditugaskan mengerjakan perhitungan ini itu, tetapi gurunya tidak pernah menjelaskan secara online atau menyiapkan pembelajaran yang sistematis. Atau di pembelajaran bahasa Inggris, peserta didik diberikan tugas menyelesaikan tugas percakapan tanpa ada bimbingan online sebelumnya. Itu sama saja buang-buang waktu dan menghabiskan kuota semata. Hanya menambah beban psikologis peserta didik dan mengacaukan konsentrasi orang tuanya di rumah karena terus menerus mendengar keluhan putra-putrinya.
Terus, bagaimana solusinya? Tenang, saya akan membagikan pedoman pembelajaran online yang memang wajib dimiliki oleh guru.
Pahami Unsur-Unsur Pembelajaran
Dalam pembelajaran di kelas, tentu ada tahapan atau proses yang biasanya dilakukan oleh guru. Namun, bentuknya agak berbeda dalam pembelajaran online. Sayangnya, entah alasan apa, unsur-unsur pembelajaran ini terkadang dilupakan oleh sebagian guru. Yang manakah itu?1. Menyiapkan kelas
2. Menyiapkan absensi
3. Menyiapkan sumber belajar
4. Menyiapkan metode mengajar
5. Evaluasi dan refleksi
6. Penutup dan doa
1. Bagaimana menyiapkan kelas?
Menyiapkan kelas dalam pembelajaran online adalah memastikan nomor kontak para peserta didik telah dikumpulkan oleh sekolah, yang kemudian terbagi dan terpantau di bawah tanggung jawab wali kelas masing-masing.Agar lebih efektif dan efesien, langkah awal menyiapkan kelas ini dapat dimulai dengan membuat grup-grup kelas atau grup mata pelajaran menggunakan aplikasi WhatsApp atau semacamnya yang dianggap familiar oleh semua warga sekolah.
Tujuannya adalah agar setiap peserta didik, orang tua, dan juga para guru dapat berkomunikasi dalam menyiapkan pembelajaran online yang efektif dan efisien.
Kemudian, ketika memasuki awal pembelajaran, biasakan untuk memulainya dengan berdoa dan apersepsi. Tidak disarankan untuk langsung to the point ke penugasan. Jalinlah komunikasi emosional terlebih dahulu dengan peserta didik.
2. Menyiapkan Absensi
Tahap kedua adalah menyiapkan proses absensi online terbaik. Maksud dari terbaik di sini bukan berarti setiap sekolah menggunakan aplikasi paling modern atau bahkan yang berbayar. Namun, terbaik dalam arti baik guru dan peserta didik dapat mengoperasikannya tanpa menggunakan kuota internet yang boros, serta tanpa cara operasi yang ribet dan memakan waktu lama.Rekomendasi saya adalah menggunakan google form atau absensi sistem ceklist manual menggunakan aplikasi WA atau sejenisnya. Namun, jika sekolah memiliki sistem yang lebih baik, silahkan. Intinya, saya hanya merekomendasikan sistem yang paling familiar untuk saat ini.
3. Menyiapkan sumber belajar
Sumber belajar adalah inti dari pembelajaran online. Banyak guru yang melupakan hal ini. Padahal, menurut saya, ini adalah bagian paling penting dari semua proses pembelajaran online.Sumber belajar terbaik adalah yang dibuat sendiri oleh guru. Bentuknya dapat berupa kombinasi tulisan dan video pembelajaran singat (kurang lebih 5 menit) yang dapat diakses atau dishare melalui grup WA.. Harapan saya pribadi adalah guru millenial saat ini telah mampu menyiapkan materi di blog atau di channel YouTube-nya masing-masing.
Namun, jika guru belum bisa menyiapkan blog atau channel YouTube, setidaknya-tidaknya ia dapat merekam dirinya menjelaskan materi dalam bentuk video dan membagikannya ke peserta didik sebelum memberikan tugas ini itu. Karena di tahapan ini, peran guru sebagai pengajar sekaligus fasilitator mesti dijalankan. Bukan sebagai evaluator semata.
Tidak ada lagi alasan tidak bisa, karena kemudahan itu telah tersedia di semua ponsel pintar. Yang jadi masalah adalah ketika guru memang malas untuk belajar dan melaksanakan perannya sebagai pengajar dan fasilitator.
Kecuali, bagi guru-guru kita yang telah berumur 50-an ke atas dan memang terkendala faktor kesehatan atau sindrom gaptek stadium akut, dapat diarahkan untuk menggunakan media tulisan atau video pembelajaran yang banyak tersedia di google. Tinggal memilih dan memilah yang paling sesuai dan sejalan dengan tujuan pembelajaran.
Ingat! cara ini hanya untuk guru kita yang telah berada dalam kondisi tidak produktif lagi. Namun, untuk guru muda sangat disarankan untuk produktif menghasilkan video pembelajaran sendiri. Karena dengan cara ini, hubungan emosional antara guru dan peserta didik dapat terjalin. Walaupun tidak bertatap muka secara langsung, setidaknya peserta didik masih dapat merasakan kehadiran guru mereka melalui suara dan visual dalam video pembelajaran.
4. Menyiapkan metode mengajar
Untuk pembelajaran di kelas, guru punya banyak opsi dalam memilih metode mengajar. Namun, dalam pembelajaran online, guru hanya punya opsi terbatas.Melalui video pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru lalu dibagikan ke peserta didik sesungguhnya telah merupakan bagian terbesar dari metode pembelajaran audio visual.
Namun, jika guru dan peserta didik siap dan mampu dari segi gadget, kuota, dan kecakapan teknologi, pembelajaran dapat dilaksanakan secara interaktif melalui aplikasi streaming video seperti zoom, webex, atau sejenisnya.
Alternatif lain adalah pembelajaran realtime melalui audio learning seperti discord dan sejenisnya.
Dengan cara ini, guru dan peserta didik dapat saling tukar pikiran, diskusi, dan tanya jawab tentang materi pembelajaran.
Intinya adalah terjadinya proses transfer ilmu dari guru ke peserta didik. Bukan hanya sekedar transfer tugas yang dibebankan sepenuhnya kepada peserta didik semata, karena hal ini tentu saja mencederai integritas dan tanggung jawab guru, sebagai pendidik dan fasilitator.
Apalagi jika ada oknum guru yang sampai tega, menyapa sekadarnya di grup pembelajaran, mengirimkan daftar absen dan tugas, lalu menghilang dari room, tidak memantau jalan atau tidaknya absensi (seharusnya memperbaiki kalau ada kesalahan), pasif dan slow respon menjawab kesulitan peserta didik di waktu yang sangat terbatas, dan barulah kemudian muncul mengecek grup pembelajaran ketika waktu telah habis. Padahal, ada banyak hal yang sangat mungkin ia lewatkan, seperti adanya peserta didik yang hadir tetapi terlupa dalam absensi atau peserta didik yang telah mengumpulkan tugas tetapi tidak terlihat.
5. Refleksi dan Evaluasi
Ketika telah menyelesaikan tahap 1 hingga 4 di atas, barulah pembelajaran memasuki tahap refleksi dan evaluasi.Bagaimana cara melakukan evaluasi? Banyak cara yang dapat dilakukan. Bentuknya dapat berupa screenshot hasil kerja peserta didik yang dikirimkan dalam bentuk editing kolase. Atau dapat juga berupa video peserta didik. Bergantung dari bentuk evaluasi yang ingin dilakukan oleh guru. Namun, bentuknya tetap memperhatikan kesiapan peserta didik. Jangan sampai menugaskan ini itu, tanpa memberikan petunjuk atau pedoman. Jangan memaksakan peserta didik melakukan ini itu kalau guru pun belum bisa melakukannya.
Selanjutnya di tahap refleksi, guru wajib mendengarkan umpan balik dari peserta didik dan merefleksi proses pembelajaran. Tindak lanjutnya adalah memperbaiki kekurangan pembelajaran atau menyempurnakannya di pembelajaran selanjutnya.
6. Penutup dan Doa
Ini adalah tahap terakhir dalam pembelajaran. Tutuplah dengan ungkapan perpisahan yang saling menguatkan agar peserta didik tetap semangat dalam belajar dan jangan lupa mengarahkannya untuk melanjutkan belajarnya ke grup mapel lainnya.____
Tulisan tentang Pedoman Pembelajaran Online yang Wajib Dikuasai Guru ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan. Namun, saya berharap hasil karya ini bukan untuk dihilangkan dengan cemoohan atau kritik tanpa dasar, tetapi untuk disempurnakan dengan karya lain yang lebih baik. Tulisan ini bukan untuk menggurui, tetapi hanya sekedar suara hati dari seorang pemerhati pendidikan yang ingin tulus berbagi pengalaman. Semoga bermanfaat!
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!