INIRUMAHPINTAR - Kabar terakhir per Mei 2019 yang dilansir dari cnnindonesia.com, utang Indonesia kini telah membengkak hingga lebih dari 5000 T. Angka tersebut tentu sangat fantastis. Di satu sisi, kita sebagai masyarakat Indonesia prihatin dengan kondisi bangsa yang terus-menerus dikejar utang tanpa henti. Sejak tahun 1945 kita merdeka, Indonesia belum juga bebas dan mandiri. Selalu saja utang, utang, dan utang.
Jika dikaitkan dengan lingkup kecil, sebut saja sebuah rumah tangga. Sekiranya masih ada utang, beban hidup tentu sangatlah tidak mudah. Meskipun jumlah penghasilan masih lebih tinggi dibandingkan tagihan utang per bulan, tetap saja hidup belum terasa lega. Indonesia bagaimana? Semoga bukan besar pasak daripada tiang yah?
Inilah yang dirasakan oleh bangsa kita saat ini. Negara terbukti belum juga becus mengurus dirinya sendiri. Utang terus nambah, beban rakyat pun ikut nambah. Entah siapa yang mau disalahkan. Tapi sudahlah, bukan lagi saatnya mencari kambing hitam, karena pemerintah yang merupakan puncak penentu kebijakan segala aspek kehidupan, toh juga adalah hasil pilihan mayoritas rakyat Indonesia.
Melalui tulisan ini, saya hanya sebagai bagian dari rakyat pemikir mencoba untuk mengetuk pintu hati pemangku kebijakan, khususnya mereka yang masih peduli dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ayo donk, bangkitlah! tolong renungkan dan bacalah baik-baik 8 cara dan solusi yang saya tawarkan di bawah ini! Jika pemerintah mau, maka cara dan solusi di bawah ini insya Allah mudah untuk diimplementasikan. Toh, kita sama-sama merdeka dan makmur sejahtera jika Indonesia terbebas dari utang sesegera mungkin.
Inilah 8 Cara dan Solusi Terbaik agar Indonesia Berhenti Nambah Utang yang saya maksud berdasarkan analisis sederhana versi INIRUMAHPINTAR.com.
Sekiranya ada kebutuhan yang memerlukan suntikan dana, stop!!! Coba pilah kembali, yang mana kebutuhan mendesak dan prioritas buat bangsa ini, dan yang mana hanya keinginan oknum pengambil untung dalam kesempatan dan kesempitan. Dengan cara itu, utang bisa dihentikan, dan diganti dengan memaksimalkan anggaran yang sudah ada dengan langkah-langkah yang lebih sistemik dan berfokus pada tujuan prioritas.
Coba saja, ada instruksi dan orasi heroik Presiden yang menginisiasi ide ini. Masalah utang Indonesia yang berkisar di atas 5000 Triliun tadi bisalah kita kurangi atau bahkan kita lunasi dalam waktu yang lebih cepat.
Cara ini tentu lebih gentleman ketimbang mengambil alih dana umat dari kasus penipuan umrah yang baru-baru ini juga terjadi. Mestinya dana tersebut dikembalikan ke pemiliknya donk. Masa di sita negara...yang bener ajah. Jadinya, kelihatan lagi nilai ketidakkreatifnya mengatasi masalah.
Coba lihat gunung emas di Papua, sudah sepatutnya pemerintah segera mengambil alih. Bukan malah memberikan perpanjangan pengelolaan kepada negara asing. Apa sih susahnya? Yang susah adalah jika mau untung sendiri dan kehilangan nasionalisme menegakkan kemerdekaan seutuhnya di negara ini.
Dengan kekayaan yang super mewah dari gunung emas papua, saya yakin Indonesia bisa segera memanfaatkannya buat membayar utang dan membangun aset yang lebih pro ke masyarakat Indonesia, bukan lagi kepada asing dan aseng.
Tanpa disadari, masih banyak hasil laut kita yang kurang diperhatikan. Andai mau serius, nilainya sangat fantastis. Misalnya rumput laut...Sudahkah kita tahu bahwa nilainya akan sangat mahal andai kita mampu memaksimalkan produksinya di seluruh pulau di Indonesia. Ini baru satu komoditas, kita belum pindah ke komoditas lain, misalnya sea urchin atau buluh babi.
Kita sadar, kita juga butuh infrastruktur. Namun, kita juga harus melihat plus minusnya. Jangan asal bangun. Coba lihat di beberapa daerah, ada banyak tol dan rel kereta api yang dibangun. Padahal itu tidaklah terlalu prioritas. Kan masih ada jalan umum, tinggal diperlebar. Rel kereta api? kan masih ada mobil, tinggal diperbaiki saja pengelolaan rutenya. Coba lihat noh, pembangunan rel kereta api di jalur Makassar - Pare-pare? sampai sekarang mangkrak dan belum tuntas. Coba dananya dipakai buat maksimalkan usaha produktif. Kan nanti dari situ barulah kita bangun yang kita butuhkan. Daripada utang terus. Infrastruktur belum jadi, beban nambah, dan rakyatlah yang dijadikan sumber pembayar utang dengan menaikkan tagihan ini itu. Bukankah itu ketidakkreatifan lagi?
Kok bisa-bisanya lebih suka impor produk anu dari luar. Mengapa tidak fokus beli dari petani kita? Garam diimpor? Cangkul diimpor? Beras diimpor? Weh, makanya, fokus bangun industri di negara kita, dan berdayakan produknya. Jangan malah impor dari luar dan mematikan industri dalam negeri demi keuntungan pribadi!
Mengapa karya mobil listriknya gak dilirik polllllll oleh pemerintah? kok malah fokus pada mobile esemka yang belum jelas arah industrinya. Coba deh, mobil listrik karya RICKY ELSON diberdayakan pemerintah untuk menjadi produk dalam negeri di bawah naungan BUMN, kita bakal maju cuk. Namun, sepertinya masih ada saja duri dalam daging di negeri ini, menghalangi benih kemandirian bangsa melambung tinggi.
Hampir sama dengan nasib RICKY ELSON, eyang HABIBIE juga dulu punya peluang menjadi penggerak ekonomi bangsa, andaikan karya pesawatnya berhasil diwujudkan. Kita bisa jadi produsen pesawat dan mobil listrik terkemuka andai saja pemerintah mau kreatif dengan akal sehatnya.
Satu contoh lagi, selain punya kemampuan membuat mobil listrik, RICKY ELSON juga punya kehandalan membuat kincir angin penggerak listrik. Mengapa negara ini, malah memberikan proyek pembangkit listrik tenaga bayu di Kab. Sidrap pada perusahaan Amerika? Coba deh berdayakan keahlian RICKY ELSON. Kita bangun sendiri pembangkit kita tanpa harus lagi bergantung pada negara lain.
Kita sebenarnya udah bisa merdeka dan mandiri. Hanya saja, kita belum punya pemerintah yang pas!!! Yang tampak selalu saja ketidakkreatifan kebijakan.
Jadi, tanpa kehadiran pemerintah melawan koruptor, kita sulit terbebas dari kejaran utang. Akibatnya, beban masyarakat pun kian hari akan terus bertambah.
Jika dikaitkan dengan lingkup kecil, sebut saja sebuah rumah tangga. Sekiranya masih ada utang, beban hidup tentu sangatlah tidak mudah. Meskipun jumlah penghasilan masih lebih tinggi dibandingkan tagihan utang per bulan, tetap saja hidup belum terasa lega. Indonesia bagaimana? Semoga bukan besar pasak daripada tiang yah?
Inilah yang dirasakan oleh bangsa kita saat ini. Negara terbukti belum juga becus mengurus dirinya sendiri. Utang terus nambah, beban rakyat pun ikut nambah. Entah siapa yang mau disalahkan. Tapi sudahlah, bukan lagi saatnya mencari kambing hitam, karena pemerintah yang merupakan puncak penentu kebijakan segala aspek kehidupan, toh juga adalah hasil pilihan mayoritas rakyat Indonesia.
Melalui tulisan ini, saya hanya sebagai bagian dari rakyat pemikir mencoba untuk mengetuk pintu hati pemangku kebijakan, khususnya mereka yang masih peduli dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ayo donk, bangkitlah! tolong renungkan dan bacalah baik-baik 8 cara dan solusi yang saya tawarkan di bawah ini! Jika pemerintah mau, maka cara dan solusi di bawah ini insya Allah mudah untuk diimplementasikan. Toh, kita sama-sama merdeka dan makmur sejahtera jika Indonesia terbebas dari utang sesegera mungkin.
Inilah 8 Cara dan Solusi Terbaik agar Indonesia Berhenti Nambah Utang yang saya maksud berdasarkan analisis sederhana versi INIRUMAHPINTAR.com.
1. Stop Utang Luar Negeri Lagi
Pertama, pemerintah dan seluruh komponen bangsa mesti sepakat untuk berhenti menambah utang luar negeri lagi. Cukup maksimalkan kemampuan yang sudah ada. Dengan sistem utang seperti sekarang, yang masih dicemari bunga beraroma riba, menambah utang tidak bakalan bisa mengatasi masalah, malah akan menambah masalah. Dengan bahasa lain, untuk menyembuhkan luka yang sudah ada, janganlah coba-coba menambah luka baru. Cukup diamkan luka yang sudah ada, dan kita sembuhkan sama-sama.Sekiranya ada kebutuhan yang memerlukan suntikan dana, stop!!! Coba pilah kembali, yang mana kebutuhan mendesak dan prioritas buat bangsa ini, dan yang mana hanya keinginan oknum pengambil untung dalam kesempatan dan kesempitan. Dengan cara itu, utang bisa dihentikan, dan diganti dengan memaksimalkan anggaran yang sudah ada dengan langkah-langkah yang lebih sistemik dan berfokus pada tujuan prioritas.
2. Patungan Bayar Utang
Mungkin ide ini agak nyeleneh, tapi jika direnungkan, ada benernya juga. Coba bayangkan, jika semua komponen bangsa bersatu menyedekahkan aset terbaik mereka, terutama para milyarder dan jutawan. Yang jadi masalahnya adalah, pemerintah mau nggak menggerakkan. Yang tampak di permukaan sepertinya pemerintah kehilangan ide kreativitasnya. Akhir-akhir ini, malah sibuk mengurusi isu radikalisme, yang nilai kreativitasnya di bawah ambang angka nol untuk mengatasi masalah utang yang semakin membengkak.Coba saja, ada instruksi dan orasi heroik Presiden yang menginisiasi ide ini. Masalah utang Indonesia yang berkisar di atas 5000 Triliun tadi bisalah kita kurangi atau bahkan kita lunasi dalam waktu yang lebih cepat.
Cara ini tentu lebih gentleman ketimbang mengambil alih dana umat dari kasus penipuan umrah yang baru-baru ini juga terjadi. Mestinya dana tersebut dikembalikan ke pemiliknya donk. Masa di sita negara...yang bener ajah. Jadinya, kelihatan lagi nilai ketidakkreatifnya mengatasi masalah.
3. Ambil Alih Tambang Emas di Papua
Indonesia bersyukur punya sumber daya alam melimpah. Dengan aset itu, kita digelari negara kaya. Namun, anehnya gelar itu tidak tampak nyata, malah hanya kelihatan mewah pada tulisan atau semboyan saja.Coba lihat gunung emas di Papua, sudah sepatutnya pemerintah segera mengambil alih. Bukan malah memberikan perpanjangan pengelolaan kepada negara asing. Apa sih susahnya? Yang susah adalah jika mau untung sendiri dan kehilangan nasionalisme menegakkan kemerdekaan seutuhnya di negara ini.
Dengan kekayaan yang super mewah dari gunung emas papua, saya yakin Indonesia bisa segera memanfaatkannya buat membayar utang dan membangun aset yang lebih pro ke masyarakat Indonesia, bukan lagi kepada asing dan aseng.
3. Maksimalkan Ekspor Hasil Laut
Indonesia tidak hanya kaya di darat, tetapi juga kaya di lautan. Dengan proses yang maksimal, penguatan ekspor hasil laut sangat potensial menunjang penghasilan bangsa ini. Apalagi jika dibarengi dengan memajukan industri pengolahan hasil laut.Tanpa disadari, masih banyak hasil laut kita yang kurang diperhatikan. Andai mau serius, nilainya sangat fantastis. Misalnya rumput laut...Sudahkah kita tahu bahwa nilainya akan sangat mahal andai kita mampu memaksimalkan produksinya di seluruh pulau di Indonesia. Ini baru satu komoditas, kita belum pindah ke komoditas lain, misalnya sea urchin atau buluh babi.
4. Fokus Bangun Usaha Produktif
Usaha produktif adalah jenis usaha yang menghasilkan bukan menghabiskan. Jadi, pemerintah mestinya fokus untuk menambah penghasilan negara bukan malah mengeruknya buat bangun ini itu, dan hanya menguntungkan oknum pengusaha proyek semata.Kita sadar, kita juga butuh infrastruktur. Namun, kita juga harus melihat plus minusnya. Jangan asal bangun. Coba lihat di beberapa daerah, ada banyak tol dan rel kereta api yang dibangun. Padahal itu tidaklah terlalu prioritas. Kan masih ada jalan umum, tinggal diperlebar. Rel kereta api? kan masih ada mobil, tinggal diperbaiki saja pengelolaan rutenya. Coba lihat noh, pembangunan rel kereta api di jalur Makassar - Pare-pare? sampai sekarang mangkrak dan belum tuntas. Coba dananya dipakai buat maksimalkan usaha produktif. Kan nanti dari situ barulah kita bangun yang kita butuhkan. Daripada utang terus. Infrastruktur belum jadi, beban nambah, dan rakyatlah yang dijadikan sumber pembayar utang dengan menaikkan tagihan ini itu. Bukankah itu ketidakkreatifan lagi?
5. Berdayakan Industri dan Produk dalam Negeri
Dari dulu kita selalu mendengar slogan, cintailah produk dalam negeri. Namun, mengapa di kehidupan nyata, malah lebih senang bermewah-mewahan dengan membeli barang luar negeri. Terutama mereka yang hidup di lingkup selebritas. Gaya hidup mereka berbanding terbalik dengan gaya hidup dengan masyarakat penggerak ekonomi di strata pedesaan. Lebih-lebih lagi dengan selalu saja hadirnya ketidakkreatifan oknum pemangku kebijakan.Kok bisa-bisanya lebih suka impor produk anu dari luar. Mengapa tidak fokus beli dari petani kita? Garam diimpor? Cangkul diimpor? Beras diimpor? Weh, makanya, fokus bangun industri di negara kita, dan berdayakan produknya. Jangan malah impor dari luar dan mematikan industri dalam negeri demi keuntungan pribadi!
6. Berdayakan Ahli dalam Negeri
Ini juga patut dipertanyakan. Ada banyak ahli di Indonesia yang justru dilemahkan posisinya. Padahal jika mereka diberdayakan, negara kita akan sangat maju dan mandiri. Saya beri contoh, semoga kalian kenal dan ingat dengan figur RICKY ELSON, seorang ahli mobil listrik, yang pernah ingin diberdayakan di era Dahlan Iskan waktu jadi menteri BUMN.Mengapa karya mobil listriknya gak dilirik polllllll oleh pemerintah? kok malah fokus pada mobile esemka yang belum jelas arah industrinya. Coba deh, mobil listrik karya RICKY ELSON diberdayakan pemerintah untuk menjadi produk dalam negeri di bawah naungan BUMN, kita bakal maju cuk. Namun, sepertinya masih ada saja duri dalam daging di negeri ini, menghalangi benih kemandirian bangsa melambung tinggi.
Hampir sama dengan nasib RICKY ELSON, eyang HABIBIE juga dulu punya peluang menjadi penggerak ekonomi bangsa, andaikan karya pesawatnya berhasil diwujudkan. Kita bisa jadi produsen pesawat dan mobil listrik terkemuka andai saja pemerintah mau kreatif dengan akal sehatnya.
Satu contoh lagi, selain punya kemampuan membuat mobil listrik, RICKY ELSON juga punya kehandalan membuat kincir angin penggerak listrik. Mengapa negara ini, malah memberikan proyek pembangkit listrik tenaga bayu di Kab. Sidrap pada perusahaan Amerika? Coba deh berdayakan keahlian RICKY ELSON. Kita bangun sendiri pembangkit kita tanpa harus lagi bergantung pada negara lain.
Kita sebenarnya udah bisa merdeka dan mandiri. Hanya saja, kita belum punya pemerintah yang pas!!! Yang tampak selalu saja ketidakkreatifan kebijakan.
7. Fokus Mengembalikan Aset Negara di Luar Negeri
Nah, ini juga penting, cara ini sangatlah tepat untuk mendapatkan dana segar dalam jumlah banyak di waktu yang tidak terlalu lama. Pemerintah mestinya fokus mengembalikan aset bangsa ini yang tersebar di luar negeri. Kembalikan ke negara ini dan tangkap pelaku pencurinya!!! Buktikan kehandalan intelijen kita yang katanya jago menangkap terorisme itu? Jangan hanya fokus menjual ketidakkreatifan ide yang mudah dibaca.8. Persempit Ruang Gerak Koruptor
Terakhir, solusi terbaik agar kita tidak utang lagi adalah persempit ruang gerak koruptor. Kuatkan KPK jangan malah melemahkannya seperti yang tampak di rezim sekarang. Jika koruptor kelas kakap malah dibiarkan bersembunyi di balik dasi kehormatan, maka negara kita akan tetap sulit berpihak kepada rakyat. Salah satunya adalah dengan terus menerus menambah utang demi keserakahan sendiri, bermoduskan kebijakan, berlindung dengan program-program pemerintah yang kelihatan pro rakyat tapi ujung-ujungnya tetaplah utang dan utang.Jadi, tanpa kehadiran pemerintah melawan koruptor, kita sulit terbebas dari kejaran utang. Akibatnya, beban masyarakat pun kian hari akan terus bertambah.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!