INIRUMAHPINTAR - Tahun ini, banyak peserta Tes Kompetensi Dasar CPNS 2018 yang gagal meraih passing grade atau nilai ambang batas, yakni 75 untuk TWK, 80 untuk TIU, dan 143 untuk TKP. Berdasarkan statistik sementara, yang berhasil lulus di tingkat pusat mencapai 20 persen saja, sementara di tingkat daerah hanya 3 persen. Jika diteruskan, maka akan banyak formasi yang akan kosong. Untuk itu, saat ini pemerintah sedang menggodok opsi lain agar bisa mengisi formasi yang masih kosong tanpa merugikan semua pihak, terutama mereka yang telah lulus passing grade.
Sebagai renungan, peserta ujian SKD yang berhasil lulus passing grade tentu telah berjuang dengan susah payah meraih nilai yang dipersyaratkan. Jadi, sekiranya mereka belum pasti diluluskan sebagai CPNS tentu merupakan hal yang sangat merugikan. Untuk itu, opsi penurunan skor passing grade bukanlah opsi yang adil dan efektif. Lagipula, dengan menerapkan penurunan passing grade artinya menurunkan kualitas CPNS yang akan diterima. Tentu saja, hal ini akan menurunkan standar pelayanan dan pengabdian dari CPNS kita.
Selanjutnya, ada kabar tentang opsi perangkingan skor total SKD. Menurut saya, opsi ini lebih adil dan efektif. Pasalnya, banyak peserta yang memiliki nilai total melebihi nilai total passing grade. Hanya saja, mereka tidak lulus di satu atau dua bagian saja. Selain itu, peserta yang tidak lulus passing grade tetapi memiliki nilai total SKD yang tinggi mengindikasikan bahwa mereka bukanlah tipikal pribadi yang berkualitas rendah, melainkan hanya persoalan eksternal yang beragam.
Berdasarkan pantuan di sejumlah tempat, pelaksanaan tes tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih disiplin dan rapi. Tidak sedikit pelaksanaan tes di beberapa tempat yang molor hingga berjam-jam. Belum lagi masalah mati lampu dan tidak memadainya ruang tunggu ketika hujan. Termasuk, penjadwalan sesi ujian untuk satu hari yang begitu padat. Tentu saja, faktor-faktor tersebut turut andil menurunkan daya konsentrasi peserta, apalagi mereka yang datang dari tempat jauh.
Yang paling miris adalah, ruang tes yang ternyata dempet-dempetan. Dalam satu ruangan, peserta tes bisa mencapai ratusan peserta. Bahkan ruang untuk membuat catatan dan menggerakkan mouse mesti bersenggolan dengan peserta lain. Kertas dan pensil dari panitia yang diberikan ke peserta pun ternyata bukanlah pasangan yang pas. Warna kertasnya buram, dan kurang cocok digunakan sebagai media utak-atik pensil. Banyak peserta yang mengeluhkan ini.
Selanjutnya, banyak peserta yang juga menilai bahwa tingkat kesulitan soal untuk soal SKD tahun ini tidaklah berimbang dengan waktu yang disediakan. Ada 100 nomor, yang rata-rata cukup panjang, baik soal dan jawaban, yang mesti diselesaikan dalam waktu 90 menit. Artinya, setiap peserta hanya memiliki waktu 54 detik untuk menyelesaikan satu soal. Terkhusus untuk soal TIU, yang membutuhkan perhitungan, sudahkah soal-soal tersebut melewati uji kelayakan? apakah sudah dilakukan simulasi perhitungan untuk setiap soal dalam waktu 54 detik saja? Untuk menjawab hal ini, sebaiknya pemerintah mempublikasikan simulasi ini nantinya, agar para peserta yang gagal meraih passing grade dapat termotivasi belajar lebih giat dan meningkatkan kemampuan mereka sebagai persiapan mengikuti tes-tes serupa tahun depan.
Menurut saya, opsi perangkingan nilai total adalah opsi paling fair dan efektif. Selain tidak membutuhkan waktu dan dana tambahan untuk tes ulang, opsi perangkingan juga tidak merugikan peserta lain yang telah lulus passing grade. Dan di waktu bersamaan, opsi ini tidak menurunkan daya kualitas peserta yang akan diterima sebagai CPNS.
Hanya saja, mengenai teknis pelaksanaan, tentu pemerintah memiliki ranah itu. Seluruh peserta tes CPNS 2018 hanya berharap agar keputusan yang diambil pemerintah adalah keputusan yang paling bijak dan tidak merugikan siapapun.
Sebagai renungan, peserta ujian SKD yang berhasil lulus passing grade tentu telah berjuang dengan susah payah meraih nilai yang dipersyaratkan. Jadi, sekiranya mereka belum pasti diluluskan sebagai CPNS tentu merupakan hal yang sangat merugikan. Untuk itu, opsi penurunan skor passing grade bukanlah opsi yang adil dan efektif. Lagipula, dengan menerapkan penurunan passing grade artinya menurunkan kualitas CPNS yang akan diterima. Tentu saja, hal ini akan menurunkan standar pelayanan dan pengabdian dari CPNS kita.
Selanjutnya, ada kabar tentang opsi perangkingan skor total SKD. Menurut saya, opsi ini lebih adil dan efektif. Pasalnya, banyak peserta yang memiliki nilai total melebihi nilai total passing grade. Hanya saja, mereka tidak lulus di satu atau dua bagian saja. Selain itu, peserta yang tidak lulus passing grade tetapi memiliki nilai total SKD yang tinggi mengindikasikan bahwa mereka bukanlah tipikal pribadi yang berkualitas rendah, melainkan hanya persoalan eksternal yang beragam.
Penyebab Rendahnya Nilai Tes SKD CPNS 2018
Rendahnya nilai peserta tes SKD CPNS tahun ini sebaiknya direfleksi kembali oleh semua pihak, terutama pihak panitia seleksi nasional.Berdasarkan pantuan di sejumlah tempat, pelaksanaan tes tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang lebih disiplin dan rapi. Tidak sedikit pelaksanaan tes di beberapa tempat yang molor hingga berjam-jam. Belum lagi masalah mati lampu dan tidak memadainya ruang tunggu ketika hujan. Termasuk, penjadwalan sesi ujian untuk satu hari yang begitu padat. Tentu saja, faktor-faktor tersebut turut andil menurunkan daya konsentrasi peserta, apalagi mereka yang datang dari tempat jauh.
Yang paling miris adalah, ruang tes yang ternyata dempet-dempetan. Dalam satu ruangan, peserta tes bisa mencapai ratusan peserta. Bahkan ruang untuk membuat catatan dan menggerakkan mouse mesti bersenggolan dengan peserta lain. Kertas dan pensil dari panitia yang diberikan ke peserta pun ternyata bukanlah pasangan yang pas. Warna kertasnya buram, dan kurang cocok digunakan sebagai media utak-atik pensil. Banyak peserta yang mengeluhkan ini.
Selanjutnya, banyak peserta yang juga menilai bahwa tingkat kesulitan soal untuk soal SKD tahun ini tidaklah berimbang dengan waktu yang disediakan. Ada 100 nomor, yang rata-rata cukup panjang, baik soal dan jawaban, yang mesti diselesaikan dalam waktu 90 menit. Artinya, setiap peserta hanya memiliki waktu 54 detik untuk menyelesaikan satu soal. Terkhusus untuk soal TIU, yang membutuhkan perhitungan, sudahkah soal-soal tersebut melewati uji kelayakan? apakah sudah dilakukan simulasi perhitungan untuk setiap soal dalam waktu 54 detik saja? Untuk menjawab hal ini, sebaiknya pemerintah mempublikasikan simulasi ini nantinya, agar para peserta yang gagal meraih passing grade dapat termotivasi belajar lebih giat dan meningkatkan kemampuan mereka sebagai persiapan mengikuti tes-tes serupa tahun depan.
Opsi Perangkingan Paling Adil dan Efektif
Kembali ke pembahasan utama, tentang opsi yang sebaiknya dipilih pemerintah sebagai opsi terbaik menyikapi banyaknya peserta tes SKD CPNS 2018 yang gagal meraih passing grade.Menurut saya, opsi perangkingan nilai total adalah opsi paling fair dan efektif. Selain tidak membutuhkan waktu dan dana tambahan untuk tes ulang, opsi perangkingan juga tidak merugikan peserta lain yang telah lulus passing grade. Dan di waktu bersamaan, opsi ini tidak menurunkan daya kualitas peserta yang akan diterima sebagai CPNS.
Hanya saja, mengenai teknis pelaksanaan, tentu pemerintah memiliki ranah itu. Seluruh peserta tes CPNS 2018 hanya berharap agar keputusan yang diambil pemerintah adalah keputusan yang paling bijak dan tidak merugikan siapapun.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!