Bukan Di Arab, Ini Wilayah Indonesia yang Muslimahnya Bercadar
INIRUMAHPINTAR - Cadar selalu dikultuskan sebagai bagian dari budaya Arab. Namun ternyata, tanpa kita sadari, ada budaya sendiri tidak banyak diketahui, yang merupakan buah peradaban asli masyarakat Indonesia. Tepatnya di Bima, Nusa Tenggara Barat, secara turun-temurun, para kaum wanita menggunakan kain tenunan lokal sebagai penutup aurat hingga wajah, yang menyisakan sedikit ruang untuk mata. Sebutannya Rimpu.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Umi Khumairoh, Mawapres Universitas Negeri Jakarta (UNJ) 2016 menemukan bahwa Rimpu bukanlah produk budaya yang terkontaminasi dari budaya-budaya manapun, termasuk Arab. Rimpu adalah gaya khas berpakaian muslimah Bima, yang dibuat berdasarkan kreativitas tanpa mengurangi fungsinya sebagai penutup aurat.
Tentu masih banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa ada cadar di Indonesia? Bukankah itu dari Arab? Coba baca dulu kelanjutan informasi ini!
Rimpu sesungguhnya adalah produk pembauran antara budaya Bima dan Islam. Rimbu terbuat dari sarung tenunan khas Bima yang memiliki nama lain yaitu Tembe Nggoli. Cara penggunaannya yaitu dengan melilitkan kain tersebut di bagian kepala secara melingkar hingga menyerupai jilbab atau cadar.
Dalam penggunaanya, Rimpu terdiri dari 2 tipe, yaitu Rimpu Colo dan Rimpu Mpida.
Rimpu Mpida dipakai oleh para gadis yang cara penggunaannya adalah dengan melilitkan Tembe Nggoli di kepala dengan hanya memperlihatkan bagian mata saja. Sedangkan Rimpu Colo dipakai oleh kalangan ibu-ibu dengan lilitan yang menyisakan bagian wajah saja yang tampak.
Menurut ahli sejarah Bima, M. Hilir Ismail, keberadaan rimpu ini tidak terlepas dari iktikad pemerintah di masa Sultan Nuruddin untuk memperkenalkan kain tenun Bima sebagai komoditi perdagangan dunia di abad 13 silam sekaligus sebagai upaya membudayakan salah satu syariat Islam, yaitu menutup aurat.
Dalam penelitian Umi Khumairoh disebutkan bahwa Rimpu terbukti sebagai produk asli Bima, Indonesia, bukan proses akulturasi dari budaya-budaya lain. Sama seperti budaya Blankon di Jawa, yang merupakan produk asli Indonesia.
Jadi, sepatutnya perpaduan budaya dan agama ini dapat dijadikan inspirasi bagi mudi-mudi jaman now. Era bisa berubah, tapi menutup aurat tidak boleh diganti dengan buka-bukaan aurat. Bercerminlah pada perempuan-perempuan Bima, yang cinta budayanya, cinta agamanya, tanpa pernah menghakimi perempuan-perempuan lain di seantero Nusantara yang belum hijrah menutup aurat.
Kita cinta Indonesia, kita cinta budaya Indonesia. Jadi, jangan lagi ada mengaku-ngaku cinta Indonesia sekiranya masih suka menghina-hina, menyinggung, atau menyakiti hati saudari-saudarinya yang ingin lebih berbudaya dan beragama.
Rimpu, jilbab dan cadar asal Bima, adalah salah satu produk asli Indonesia yang sepatutnya kita lestarikan dan budayakan.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Umi Khumairoh, Mawapres Universitas Negeri Jakarta (UNJ) 2016 menemukan bahwa Rimpu bukanlah produk budaya yang terkontaminasi dari budaya-budaya manapun, termasuk Arab. Rimpu adalah gaya khas berpakaian muslimah Bima, yang dibuat berdasarkan kreativitas tanpa mengurangi fungsinya sebagai penutup aurat.
Tentu masih banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa ada cadar di Indonesia? Bukankah itu dari Arab? Coba baca dulu kelanjutan informasi ini!
Rimpu sesungguhnya adalah produk pembauran antara budaya Bima dan Islam. Rimbu terbuat dari sarung tenunan khas Bima yang memiliki nama lain yaitu Tembe Nggoli. Cara penggunaannya yaitu dengan melilitkan kain tersebut di bagian kepala secara melingkar hingga menyerupai jilbab atau cadar.
Dalam penggunaanya, Rimpu terdiri dari 2 tipe, yaitu Rimpu Colo dan Rimpu Mpida.
Rimpu Mpida dipakai oleh para gadis yang cara penggunaannya adalah dengan melilitkan Tembe Nggoli di kepala dengan hanya memperlihatkan bagian mata saja. Sedangkan Rimpu Colo dipakai oleh kalangan ibu-ibu dengan lilitan yang menyisakan bagian wajah saja yang tampak.
Menurut ahli sejarah Bima, M. Hilir Ismail, keberadaan rimpu ini tidak terlepas dari iktikad pemerintah di masa Sultan Nuruddin untuk memperkenalkan kain tenun Bima sebagai komoditi perdagangan dunia di abad 13 silam sekaligus sebagai upaya membudayakan salah satu syariat Islam, yaitu menutup aurat.
Dalam penelitian Umi Khumairoh disebutkan bahwa Rimpu terbukti sebagai produk asli Bima, Indonesia, bukan proses akulturasi dari budaya-budaya lain. Sama seperti budaya Blankon di Jawa, yang merupakan produk asli Indonesia.
Jadi, sepatutnya perpaduan budaya dan agama ini dapat dijadikan inspirasi bagi mudi-mudi jaman now. Era bisa berubah, tapi menutup aurat tidak boleh diganti dengan buka-bukaan aurat. Bercerminlah pada perempuan-perempuan Bima, yang cinta budayanya, cinta agamanya, tanpa pernah menghakimi perempuan-perempuan lain di seantero Nusantara yang belum hijrah menutup aurat.
Kita cinta Indonesia, kita cinta budaya Indonesia. Jadi, jangan lagi ada mengaku-ngaku cinta Indonesia sekiranya masih suka menghina-hina, menyinggung, atau menyakiti hati saudari-saudarinya yang ingin lebih berbudaya dan beragama.
Rimpu, jilbab dan cadar asal Bima, adalah salah satu produk asli Indonesia yang sepatutnya kita lestarikan dan budayakan.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!