INIRUMAHPINTAR - Hari ini saya ingin membagikan karangan sendiri untuk dijadikan sebagai Contoh Paragraf Deskripsi dan Narasi tentang suasana panen padi dan pencemaran air sungai. Siapa tahu ada di antara teman-teman yang ingin belajar membuat paragraf narasi dan deskripsi juga, tulisan ini dapat menjadi rujukan sebagai langkah awal. Apalagi materi tentang deskripi dan narasi akan terasa belum sempurna jika belum melihat dan mengamati sendiri contoh paragrafnya secara langsung. Baiklah yuk kita baca-baca dan review tulisan saya berikut ini:
TEMA 1: Suasana Panen Padi
PARAGRAF DESKRIPSI:
Aku dan Suasana Panen Padi di Kampungku
Musim panen adalah momen yang dinanti-nanti oleh semua warga di kampungku, termasuk aku sendiri. Hari itu, aku diajak kakek ke sawah. Sembari duduk dengan wajah sedikit pucat di pelataran rumah-rumah sawah buatan kakek yang cuma beratap jerami dan beralaskan bambu, aku cukup terhibur meski sesekali harus menahan rasa sakit di lengan kiriku yang didiagnosa patah tulang, akibat terjatuh dari sepeda minggu lalu. Untungnya, aroma padi yang menguning dan terpaan angin sepoi-sepoi terasa ampuh sebagai obat penenang, mengalir di sela-sela perban putih yang melingkar hingga ke pundakku. Sementara itu, di bawah sinar lembut mentari pagi, sedari tadi puluhan petani bergotong-royong memanen padi di persawahan. Tepat di depanku, kakek tampak telah bermandikan keringat. Bajunya pun basah kuyup dan wajahnya mengkilat. Dengan tangan keriputnya yang masih gesit dan ditemani lelaki paruh baya berkulit legam, kakek memotong batang-batang padi dengan sabit, sementara seorang pemuda bertubuh kekar berkepala plontos mengumpulkan batang-batang padi tersebut dan membawanya ke pinggir pematang sawah yang teduh. Tepat di bawah rimbunnya pohon cemara, dua orang pria memisahkan padi dari batangnya dengan menghempaskan lembar demi lembar batang padi ke tumpukan kayu yang menyerupai anak tangga. Hampir setengah hari, bola mataku mengamati aktivitas itu berulang-ulang hingga matahari telah meninggi, dan kakek mengajakku pulang ke rumah.
PARAGRAF NARASI:
Aku, Belalang, dan Makan Siang Terenak dalam Hidupku
Sesaat setelah shalat subuh, semua warga silih berganti memenuhi jalan kampung menuju sawah di desaku dengan membawa peralatan panen seadanya. Karena hari libur, aku pun turut serta menemani kakek dan nenek ke persawahan. Tak lupa, aku mengajak Lintang dan Maemunah, teman sekolahku di SDN 2 Masewali. Sekitar pukul 7.00, kami pun telah sampai. Orang-orang mulai terjun ke sawah untuk memanen padi. Karena masih kecil, aku, Lintang, dan Maemunah, hanya bisa berlari-lari mengitari pematang sawah, kami bermain, menangkap belalang, lalu mengumpulkannya ke ember kecil yang telah kami siapkan sebelumnya. Menjelang pukul 10.00, tangkapan kami telah seember. Selanjutnya, kami bergegas ke rumah-rumah sawah di tepi kebun coklat. Dengan bantuan nenek, belalang-belalang tadi pun kami masak menjadi lauk yang sedap. Setelah jadi, aku mengajak kakek dan beberapa petaninya untuk istirahat dan makan bersama. Nasi sebakul ludes dan belalang goreng kecap manisnya pun tidak tersisa. Setelah kenyang, aku, Lintang, dan Maemunah bersiap pulang karena pukul 14.00, kami akan les Bahasa Inggris. Tak lama berselang, Ayahku datang menjemput dengan mobil. Tepat pukul 12.30, kami pun telah sampai di rumah dengan perasaan bahagia. Sungguh pengalaman makan siang yang luar biasa, ditemani padi menguning dan warga kampung yang panen raya.
TEMA 2: Pencemaran Air Sungai
PARAGRAF DESKRIPSI:
Aku dan Sungai Kenangan
Di belakang rumahku, ada sebuah sungai. Dulu, ketika masih SMP, sungai itu memiliki air yang jernih. Di tepinya rimbun sekali, dipenuhi tanaman belukar, pohon kelapa, dan berbagai tanaman hijau yang aku tidak tahu namanya. Di beberapa area sungai, bahkan dengan mudah ditemukan populasi ikan dan kepiting. Sedangkan di area muara, banyak dijumpai Iguana dan kupu-kupu warna-warni. Sayang, sekarang sudah berbeda. Pemukiman baru yang dibangun di seberang sungai mengubah airnya kini menjadi keruh. Populasi hijau yang menutupi tanah di pinggiran sungai pun kini telah ditebang dan dibabat habis demi pelebaran lokasi perumahan. Pemandangan indah yang dulu sering kunikmati di sore hari pun telah menjelma menjadi sungai horor nan lusuh, dipenuhi tumpukan sampah rumah tangga, rongsokan beling dan pecahan ubin. Bebatuannya pun telah suram, hanya ditumbuhi lumut dan rerumputan liar. Sore itu, sembari memandang keluguan aliran sungai, aku membatin ditemani gemericik air yang seakan membisikkan pesan galau kepada daun-daun layu di tepi sungai. Aku tidak habis pikir, sungai indah yang dulu kupuja, kini tinggal kenangan.
PARAGRAF NARASI:
Aku, Sungai Kenangan dan Pasukan Kuning
Kabar tercemarnya air sungai di belakang rumahku telah tercium pemerintah. Hari itu, tepat pukul 7.00, bertepatan dengan Jumat bersih, aku, teman sekolahku, seluruh elemen masyarakat, dibantu petugas kebersihan kota Soppeng bergotong-royong membersihkan tumpukan sampah yang mengotori aliran sungai. Mulai hulu hingga ke hilir, semua bekerja dengan sigap. Semua sampah diangkut ke tepi lalu dibawa oleh truk-truk ke tempat pembuangan akhir. Tidak sampai 2 jam, sungai pun kelihatan lebih rapi. Kami pun kembali ke sekolah dan para petugas kebersihan yang digelari pasukan kuning pun satu persatu meninggalkan lokasi. Dengan tersenyum, aku melambaikan tangan ke arah mereka sebagai ungkapan terima kasih. Berkat jasanya terhadap sungai kenangan, aku kembali ke sekolah dengan perasaan gembira, meski telah ditunggu oleh pelajaran matematika di jam terakhir sebelum bel pulang berbunyi.
Nah, begitulah kira-kira contoh-contoh paragraf narasi dan deskrispi. Sudah bisa membuat sendiri kan? Ayo praktikkan dan silahkan bagi tulisan kalian kalau udah jadi. Semangat!
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!