INIRUMAHPINTAR - Pada kesempatan ini, penulis tertarik untuk mengupas tuntas tentang Pengertian, Ciri-ciri, dan Jenis-Jenis Pantun. Tentu dalam kehidupan sehari-hari, sebagai masyarakat Indonesia, kita telah familiar dengan salah satu karya sastra khas Nusantara ini. Pantun berbeda dengan produk sastra lainnya. Pantun memiliki keunikan dan tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mencipta satu rangkaian pantun secara sempurna sesuai kaidah-kaidah penyusunannya. Meskipun disadari bahwa telah ada sedikit disfungsi nilai dari buah pikiran yang terkandung di dalam pantun dan juga pengurangan penggunaannya, hingga sekarang ini setidaknya pantun kadang-kadang masih ditampilkan di layar kaca, di media massa, di acara adat atau di pertunjukkan budaya.
Pantun menurut sejarahnya bukanlah sembarang kata-kata. Setiap ada maksud yang ingin diungkapkan, disampaikanlah melalui pantun. Orang yang mendengarpun pun merasa terhormat jika membalas bukan dengan bahasa biasa, melainkan juga dengan pantun. Namun tidak berhenti sampai di situ saja. Dari bahasa tutur yang termuat di dalam pantun itu, tercerminlah pribadi-pribadi pengujar. Oleh karena itu, tidak salah jika ahli mengatakan bahwa pantun mewakili identitas kearifan dan kecendikiawanan seseorang.
Dalam perkembangannya, pantun lebih banyak kita temui di sekolah-sekolah. Pantun tidak lebih hanyalah salah satu materi pelajaran bahasa Indonesia. Sangat jarang lagi yang benar-benar mengaplikasikan ilmu berpantun ke kehidupan nyata. Lagipula, tidak ada lagi ruang terbuka untuk berbahasa tutur menggunakan pantun seperti sedia kala. Dulunya, pantun merupakan bahasa gaul dalam berkomunikasi. Semakin indah dan teratur kesinergitas rima sebuah pantun, maka semakin terhormat si empunya. Sekarang, semua serba instan. Jika ada maksud dan tujuan, berkata langsung tanpa neko-neko lebih diutamakan.
Secara tidak langsung, pantun yang dulunya berakar pada bahasa Melayu, sangat produktif digunakan oleh masyarakat Nusantara. Namun demikian, pantun pun banyak tercipta dalam bahasa-bahasa daerah di sejumlah wilayah tanah air. Di tanah Bugis misalnya, pantun dijadikan salah satu cara santun Pria Bugis dalam mengungkapkan cinta kepada wanita idaman. Begitupun, untuk menerima atau menolak cinta seorang pria, wanita Bugis membalas dengan pantun. Sungguh suatu nilai-nilai luhur yang menandakan tingginya peradaban dan taraf tata krama masyarakat Bugis di zaman dulu. Dan tentu saja, hal serupa terjadi di daerah-daerah lain seperti di Betawi, Minangkabau, dsb.
Semakin berkualitas diksi dan struktur kalimat yang tertuang di dalam pantun, semakin tinggi nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan yang dimiliki. Sekarang ini, pantun agak bergeser dan lebih populer sebagai karya lawakan atau guyonan di layar kaca. Para pelawak dan stand-up komedian seringkali terdengar memakai pantun sebagai salah satu bumbu penyedap penampilannya.
1. Pantun anak-anak
Jenis pantun ini terbagi lagi menjadi pantun bersuka cita dan pantun berduka cita. Contoh:
Jenis pantun ini terdiri dari pantun berkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun beriba hati, pantun perceraian, pantun nasib, pantun dagang. Contoh:
3. Pantun orang tua
Jenis pantun ini terdiri dari pantun nasihat, pantun adat, pantun agama. Contoh:
4. Pantun semua umur
Jenis pantun ini dapat digunakan dan ditujukan oleh semua umur. Pantun jenaka dan pantun teka-teki merupakan bagiannya. Contoh:
Nah, setelah membaca runtut penjelasan di atas, semoga sobat sekalian telah memahami betul Pengertian, Ciri-ciri, Jenis-jenis, Contoh Pantun yang pernah menjadi mode kekinian dalam berkomunikasi di zaman dahulu. Mampukah pantun kembali menjadi tren? Jika bermanfaat, mengapa menolak!
Pantun menurut sejarahnya bukanlah sembarang kata-kata. Setiap ada maksud yang ingin diungkapkan, disampaikanlah melalui pantun. Orang yang mendengarpun pun merasa terhormat jika membalas bukan dengan bahasa biasa, melainkan juga dengan pantun. Namun tidak berhenti sampai di situ saja. Dari bahasa tutur yang termuat di dalam pantun itu, tercerminlah pribadi-pribadi pengujar. Oleh karena itu, tidak salah jika ahli mengatakan bahwa pantun mewakili identitas kearifan dan kecendikiawanan seseorang.
Dalam perkembangannya, pantun lebih banyak kita temui di sekolah-sekolah. Pantun tidak lebih hanyalah salah satu materi pelajaran bahasa Indonesia. Sangat jarang lagi yang benar-benar mengaplikasikan ilmu berpantun ke kehidupan nyata. Lagipula, tidak ada lagi ruang terbuka untuk berbahasa tutur menggunakan pantun seperti sedia kala. Dulunya, pantun merupakan bahasa gaul dalam berkomunikasi. Semakin indah dan teratur kesinergitas rima sebuah pantun, maka semakin terhormat si empunya. Sekarang, semua serba instan. Jika ada maksud dan tujuan, berkata langsung tanpa neko-neko lebih diutamakan.
Secara tidak langsung, pantun yang dulunya berakar pada bahasa Melayu, sangat produktif digunakan oleh masyarakat Nusantara. Namun demikian, pantun pun banyak tercipta dalam bahasa-bahasa daerah di sejumlah wilayah tanah air. Di tanah Bugis misalnya, pantun dijadikan salah satu cara santun Pria Bugis dalam mengungkapkan cinta kepada wanita idaman. Begitupun, untuk menerima atau menolak cinta seorang pria, wanita Bugis membalas dengan pantun. Sungguh suatu nilai-nilai luhur yang menandakan tingginya peradaban dan taraf tata krama masyarakat Bugis di zaman dulu. Dan tentu saja, hal serupa terjadi di daerah-daerah lain seperti di Betawi, Minangkabau, dsb.
Pengertian Pantun yang wajib diketahui
Pantun adalah salah satu gubahan sastra lama yang berisi pesan dan ungkapan hati seseorang kepada pendengar dalam bentuk bait-bait berima a-b-a-b yang masing-masing terdiri dari 4 baris dimana 2 baris pertama berupa sampiran, dan 2 baris terakhir adalah isi. Pantun memiliki tujuan dan fungsi berbeda-beda, bergantung dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada objek pendengarnya. Dan karena memiliki kesan yang lembut dan santun, pantun memiliki kelas dan ranah intelektualitas bagi pemakainya. Oleh karena itu, pantun di masa lalu digunakan untuk banyak kepentingan. Untuk keperluan melamar, menyampaikan nasehat, dan bersenda gurau misalnya, pantun menjadi bahasa komunikasi ideal untuk memuluskan kehendak penggunanya.Semakin berkualitas diksi dan struktur kalimat yang tertuang di dalam pantun, semakin tinggi nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan yang dimiliki. Sekarang ini, pantun agak bergeser dan lebih populer sebagai karya lawakan atau guyonan di layar kaca. Para pelawak dan stand-up komedian seringkali terdengar memakai pantun sebagai salah satu bumbu penyedap penampilannya.
Ciri-ciri/Karakteristik Pantun
Agar lebih mengenal bagaimana struktur pantun yang sebenarnya, di penjelasan berikut ini dipaparkan ciri-ciri/karakteristik pantun. Jadi, bagi kalian yang tertarik untuk menyusun pantun sendiri, info ini pasti sangat berguna. Dengan membuat pantun sendiri sobat pembaca lebih keren dibandingkan hanya menggunakan pantun yang sudah ada. Apalagi buat mengisi bahan lawakan, drama, atau stand-up komedi dalam acara-acara sekolah atau lomba-lomba, pembahasan ini mesti wajib untuk dibaca dan dikuasai. Udah siap? Inilah ciri-ciri pantun yang dimaksud:- Satu pantun terdiri dari minimal satu larik atau lebih. Artinya, bentuk paling sederhana dari sebuah pantun yaitu terdiri dari 1 larik saja.
- Satu larik dalam pantun umumnya berisi 4 baris. Meski ada pantun yang hanya terdiri dari 2 baris dan ada juga bentuk lain yang berisi lebih dari 4 baris, pantun yang lazim dan digunakan secara meluas yaitu pantun 4 baris.
- Setiap baris terbentuk dari 8 sampai 12 suku kata. Artinya jumlah suku kata yang digunakan setiap baris berada pada interval 8 hingga 12. Meskipun aturan ini tidak lagi berlaku seketat dahulu, ada baiknya dalam menyusun pantun langkah ini tetap diperhatikan.
- Dua baris pertama dinamakan sampiran, dan dua baris terakhir disebut isi. Yang dimaksud sampiran adalah kalimat pengantar yang tidak memiliki arti penting dan terkadang tidak sejalan atau berhubungan dengan maksud yang tertuang di dalam isi. Sedangkan bagian isi berisi pesan, maksud dan iktikad pencipta atau disebut sebagai inti dari sebuah pantun.
- Rima setiap baris yaitu a-b-a-b. Artinya bunyi huruf terakhir baris pertama harus sama dengan bunyi huruf terakhir baris ketiga. Begitupun dengan baris kedua dan keempat, berlaku aturan yang sama.
Jenis-jenis dan Contoh Pantun
Berdasarkan pada tujuan dan maksud pengujar/penciptanya, pantun dibagi menjadi berbagai jenis. Klasifikasi pantun ini berguna untuk memudahkan sobat pembaca yang ingin memahami isi pantun atau berniat menyusun pantun sendiri. Selain itu, di tiap bagian, disajikan juga contoh-contoh pantun. Oleh karena itu, info ini sangat dianjurkan untuk benar-benar diperhatikan agar pemahaman tentang jenis-jenis pantun beserta contohnya kian mendalam. Nah, ayo kita baca penjelasannya di bawah ini:1. Pantun anak-anak
Jenis pantun ini terbagi lagi menjadi pantun bersuka cita dan pantun berduka cita. Contoh:
- Contoh pantun bersuka cita
Riuh umat bersorak-sorak
Menabuh beduk dengan rebana
Sungguh bahagia hati awak
Memperoleh baju dan celana - Contoh pantun berduka cita
Matahari siang membuat silau
Menemani jalan ke Samarinda
Bagaimana perasaan tidak galau
Ibu mati dan Ayah telah tiada
Jenis pantun ini terdiri dari pantun berkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun beriba hati, pantun perceraian, pantun nasib, pantun dagang. Contoh:
- Contoh Pantun Berkenalan
Makan kue di pinggir kanal
Sambil ngopi buatan nyonya
Kalau boleh kakak kenal
Adik manis siapa namanya - Contoh Pantun Berkasih-kasihan
Meliuk berkelok ke badan jalan
Truk gandeng melaju lalu hilang
Tak pernah padam bagai rembulan
Begitulah cinta ke suami tersayang
Mahal nian harga kain batik
Dipakai himpit bersorban ke Kuala
Jika bunga sudi tuk dipetik
Senyum sedikit anggukkan kepala - Contoh Pantun Beriba Hati
Walau Kirana menjadi Ratu
Tubuh kerdil sempoyongan
Sungguh merana nasib piatu
Masih kecil hidup sendirian - Contoh Pantun Perceraian/Perpisahan
Wahai selasih janganlah tinggi
Jikalau tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Jikalau pergi bertahun jangan
- Contoh Pantun Nasib
Asam Pauh dari seberang
Tumbuhnya di hutan lebat
Badan jauh di negeri orang
Jika sakit kemana berobat
- Contoh Pantun Dagang
Tangguh orang pergi bersembilan
Rapat berdiri sambil bertapa
Sungguh malang untung jualan
Dapat pembeli tidak seberapa
3. Pantun orang tua
Jenis pantun ini terdiri dari pantun nasihat, pantun adat, pantun agama. Contoh:
- Pantun Nasihat
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Perilaku jahat mesti terbuang - Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi seberapa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum berdasar di Kitabullah - Pantun Agama
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Allah yang Esa
4. Pantun semua umur
Jenis pantun ini dapat digunakan dan ditujukan oleh semua umur. Pantun jenaka dan pantun teka-teki merupakan bagiannya. Contoh:
- Pantun Jenaka
Orang Dayak datang ke Bali
Membeli pita sebanyak-banyaknya
Berbisik pekak ke orang tuli
Tertawa si buta memandangnya - Pantun Teka-Teki
Tiga tiang di pucuk menara
Patah dua dibabat laki-laki
Jika tuan-tuan bijak laksana
Hewan apa pedang di kaki
Nah, setelah membaca runtut penjelasan di atas, semoga sobat sekalian telah memahami betul Pengertian, Ciri-ciri, Jenis-jenis, Contoh Pantun yang pernah menjadi mode kekinian dalam berkomunikasi di zaman dahulu. Mampukah pantun kembali menjadi tren? Jika bermanfaat, mengapa menolak!
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!