Cerita Rakyat: Asal-usul Suku Bajau
INIRUMAHPINTAR - Inilah Cerita Rakyat: Asal-usul Suku Bajau. Pada jaman dahulu kala di kawasan negara malaysia berdirilah sebuah kerajaan yang bernama kesultanan Johor. Kesultanan johor letaknya dekat pantai. Adapun rajanya bernama Sultan Jihabudin Syah. Sultan mempunyai seorang putri yang bernama Putri Purawangga.
Putri Purawangga memiliki nama panggilan yaitu Papu. Sifat putri Papu tidak tinggi hati, dia senang bergaul dengan rakyat biasa. Kegemarannya berenang dan berperahu.
Pada suatu hari, Papu berjanji akan mengadakan perlombaan dengan perahu layar, tetapi pada saat perubahan akan dilaksanakan dia dilarang keluar istana, karena akan kedatangan tamu agung. Walaupun demikian, dia berusaha agar dapat keluar istana.
Akhirnya dia berhasil keluar istana secara diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Sementara itu di pantai teman-temannya menunggu dengan cemas, takut kalau Papu tidak bisa datang, karena di istana akan kedatangan tamu agung.
Tiba-tiba Papu datang dan mereka menyambut dengan sangat gembira. Mereka mengadakan perjanjian, siapa yang lebih dahulu sampai dengan perahu dalam keadaan utuh, dialah pemenang perlombaan itu.
Ketika mereka akan menuju perahu, tiba-tiba datanglah seorang kakek. Kakek itu memperingatkan bahwa sebaiknya perlombaan itu dibatalkan karena sebentar lagi angin kencang akan berhembus. Tetapi mereka tidak mau mengindahkan peringatan itu. Akhirnya mereka berangkat juga.
Di tengah perjalanan, angin berhembus semakin kencang. Dan perahu yang ditumpangi Papu terpisah dari teman-temannya. Papu tidak bisa mengendalikan perahu layarnya karena angin semakin kencang. Perahu Papu patah layarnya sehingga perahu itu terbang ambing tanpa kemudi. Akibatnya Papu tak sadarkan diri.
Berhari-hari Papu terombang-ambing di tengah laut. Setelah sadar, Papu melihat sekelilingnya yang tampak hanya lautan. Tiba-tiba Papu melihat titik hitam dari kejauhan. lama-kelamaan titik itu semakin mendekat dan tampak lah perahu layar besar. Dia berharap akan mendapat pertolongan dari perahu itu.
Ternyata perahu itu adalah segerombolan perampok. Dalam keadaan tidak sadar Papu ditemukan oleh perampok. Perampok itu bernama Lanun. Setelah Papu sadar dia ditanya oleh perampok itu, siapa dia sebenarnya. Papu tidak berterus terang siapa sebenarnya dia. Dia mengaku gadis nelayan miskin yang perahunya hayuk terbawa angin kencang. Tetapi perampok Lanun tidak percaya karena melihat kecantikan dan kesungguhannya.
Pada suatu malam, Papu mendengar pembicaraan perampok Lanun dengan anak buah. Bahwa jika sampai besok malam Papu tidak mau mengaku siapa dia sebenarnya, mereka akan menggunakan kekerasan.
Pada malam hari kapal layar perampok itu terus melaju membelah lautan. Malam semakin larut dan para awak kapal telah tertidur, kecuali mereka yang bertugas jaga dan mengendalikan layar.
Dimalam yang semakin larut, Papu berusaha meloloskan diri. dia melemparkan balok kayu ke laut dan dia meloncat ke laut. Dengan balok itu dia berenang menjauhi kapal layar. Kapal layar itupun meledak karena Papu telah melempar obor ke dalam gudang yang berisi tong minyak dan amunisi.
Sampai akhirnya Papu tak sadarkan diri karena kehabisan tenaga. Ketika sadar Papu terkejut melihat dua ekor buaya putih menolongnya. Ternyata buaya membawanya ke sebuah pantai di saat dia tertidur pulas.
Waktu terbenam dia terkejut, karena dia telah berada di pantai pulau Bone. Bersamaan dengan itu Pangeran Bone putra Sultan Bone baru saja datang dari berlayar.
Para waktu rakyat akan menyambut kedatangan Pangeran Bone terdengar suara ribut-ribut dari penduduk pantai. Mendengar ribut-ribut, Pangeran Bone menyuruh perdana menteri untuk melihat keributan itu dan menunda kepulangannya ke istana. Pangeran mendapat laporan bahwa di sebuah rumah penduduk ada seorang bidadari.
Kemudian pangeran menemuinya dan langsung menanyakan siapa dia sebenarnya. Putri itu ternyata Papu yang mengaku tersesat dalam pelayaran. Akhirnya Papu dibawa ke istana dan diberi pakaian serta perhiasan. Pangeran dan Papu pun jatuh cinta dan merencanakan pernikahan.
Sebelum pernikahan berlangsung, Papu menceritakan siapa dia sebenarnya. Papu minta pada pangeran agar kedua orang tuanya diberitahu. Sultan Bone mengirimkan utusan ke Johor.
Setelah utusan sampai di sana ternyata Kesultanan Johor telah jatuh ke tangan bangsa angin dan Sultan Johor serta pengikutnya gugur sebagai pahlawan. Hati Papu sedih sekali tetapi Pangeran berhasil menghiburnya.
Kesedihan Papu telah hilang, dia dan pangeran kemudian menikah. Pernikahan mereka sangat meriah dan berlangsung berhari-hari.
Suatu hari Pangeran Bone dilantik sebagai sultan menggantikan ayahandanya. Itu berarti Papu menjadi permaisuri. Pada suatu waktu, permaisuri berkeinginan berperahu layar. Pangeran mengizinkan permaisuri untuk berperahu layar bahkan pangeran mengajak Papu ke tengah-tengah suku Bajau. Papu terkejut mendengar suku Bajau karena dia teringat para nelayan di Johor juga menyebut Bajau bila akan berlayar.
Papu jadi penasaran ingin melihat suku Bajau sebab dia ingin membuktikan apakah benar suku Bajau yang ada di Bone adalah para nelayan Johor.
Suku Bajau sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Rumah mereka dibangun di atas tiang yang bagai dianyam dan terbuat dari kayu atau bambu yang tahan air.
Sultan dan Permaisuri mengunjungi tempat tinggal suku Bajau. Kedatangan Sultan dan Permaisuri disambut dengan luar biasa kemudian mereka diperkenalkan dengan tokoh-tokoh suku Bajau.
Ternyata di antara orang-orang baja Papu melihat bekas teman sepermainan. Rupanya suku Bajau adalah orang-orang Johor yang menetap di pulau-pulau.
Putri Purawangga memiliki nama panggilan yaitu Papu. Sifat putri Papu tidak tinggi hati, dia senang bergaul dengan rakyat biasa. Kegemarannya berenang dan berperahu.
Pada suatu hari, Papu berjanji akan mengadakan perlombaan dengan perahu layar, tetapi pada saat perubahan akan dilaksanakan dia dilarang keluar istana, karena akan kedatangan tamu agung. Walaupun demikian, dia berusaha agar dapat keluar istana.
Akhirnya dia berhasil keluar istana secara diam-diam tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Sementara itu di pantai teman-temannya menunggu dengan cemas, takut kalau Papu tidak bisa datang, karena di istana akan kedatangan tamu agung.
Tiba-tiba Papu datang dan mereka menyambut dengan sangat gembira. Mereka mengadakan perjanjian, siapa yang lebih dahulu sampai dengan perahu dalam keadaan utuh, dialah pemenang perlombaan itu.
Sumber: Pixabay |
Ketika mereka akan menuju perahu, tiba-tiba datanglah seorang kakek. Kakek itu memperingatkan bahwa sebaiknya perlombaan itu dibatalkan karena sebentar lagi angin kencang akan berhembus. Tetapi mereka tidak mau mengindahkan peringatan itu. Akhirnya mereka berangkat juga.
Di tengah perjalanan, angin berhembus semakin kencang. Dan perahu yang ditumpangi Papu terpisah dari teman-temannya. Papu tidak bisa mengendalikan perahu layarnya karena angin semakin kencang. Perahu Papu patah layarnya sehingga perahu itu terbang ambing tanpa kemudi. Akibatnya Papu tak sadarkan diri.
Berhari-hari Papu terombang-ambing di tengah laut. Setelah sadar, Papu melihat sekelilingnya yang tampak hanya lautan. Tiba-tiba Papu melihat titik hitam dari kejauhan. lama-kelamaan titik itu semakin mendekat dan tampak lah perahu layar besar. Dia berharap akan mendapat pertolongan dari perahu itu.
Ternyata perahu itu adalah segerombolan perampok. Dalam keadaan tidak sadar Papu ditemukan oleh perampok. Perampok itu bernama Lanun. Setelah Papu sadar dia ditanya oleh perampok itu, siapa dia sebenarnya. Papu tidak berterus terang siapa sebenarnya dia. Dia mengaku gadis nelayan miskin yang perahunya hayuk terbawa angin kencang. Tetapi perampok Lanun tidak percaya karena melihat kecantikan dan kesungguhannya.
Pada suatu malam, Papu mendengar pembicaraan perampok Lanun dengan anak buah. Bahwa jika sampai besok malam Papu tidak mau mengaku siapa dia sebenarnya, mereka akan menggunakan kekerasan.
Pada malam hari kapal layar perampok itu terus melaju membelah lautan. Malam semakin larut dan para awak kapal telah tertidur, kecuali mereka yang bertugas jaga dan mengendalikan layar.
Dimalam yang semakin larut, Papu berusaha meloloskan diri. dia melemparkan balok kayu ke laut dan dia meloncat ke laut. Dengan balok itu dia berenang menjauhi kapal layar. Kapal layar itupun meledak karena Papu telah melempar obor ke dalam gudang yang berisi tong minyak dan amunisi.
Sampai akhirnya Papu tak sadarkan diri karena kehabisan tenaga. Ketika sadar Papu terkejut melihat dua ekor buaya putih menolongnya. Ternyata buaya membawanya ke sebuah pantai di saat dia tertidur pulas.
Waktu terbenam dia terkejut, karena dia telah berada di pantai pulau Bone. Bersamaan dengan itu Pangeran Bone putra Sultan Bone baru saja datang dari berlayar.
Para waktu rakyat akan menyambut kedatangan Pangeran Bone terdengar suara ribut-ribut dari penduduk pantai. Mendengar ribut-ribut, Pangeran Bone menyuruh perdana menteri untuk melihat keributan itu dan menunda kepulangannya ke istana. Pangeran mendapat laporan bahwa di sebuah rumah penduduk ada seorang bidadari.
Kemudian pangeran menemuinya dan langsung menanyakan siapa dia sebenarnya. Putri itu ternyata Papu yang mengaku tersesat dalam pelayaran. Akhirnya Papu dibawa ke istana dan diberi pakaian serta perhiasan. Pangeran dan Papu pun jatuh cinta dan merencanakan pernikahan.
Sebelum pernikahan berlangsung, Papu menceritakan siapa dia sebenarnya. Papu minta pada pangeran agar kedua orang tuanya diberitahu. Sultan Bone mengirimkan utusan ke Johor.
Setelah utusan sampai di sana ternyata Kesultanan Johor telah jatuh ke tangan bangsa angin dan Sultan Johor serta pengikutnya gugur sebagai pahlawan. Hati Papu sedih sekali tetapi Pangeran berhasil menghiburnya.
Kesedihan Papu telah hilang, dia dan pangeran kemudian menikah. Pernikahan mereka sangat meriah dan berlangsung berhari-hari.
Suatu hari Pangeran Bone dilantik sebagai sultan menggantikan ayahandanya. Itu berarti Papu menjadi permaisuri. Pada suatu waktu, permaisuri berkeinginan berperahu layar. Pangeran mengizinkan permaisuri untuk berperahu layar bahkan pangeran mengajak Papu ke tengah-tengah suku Bajau. Papu terkejut mendengar suku Bajau karena dia teringat para nelayan di Johor juga menyebut Bajau bila akan berlayar.
Papu jadi penasaran ingin melihat suku Bajau sebab dia ingin membuktikan apakah benar suku Bajau yang ada di Bone adalah para nelayan Johor.
Suku Bajau sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Rumah mereka dibangun di atas tiang yang bagai dianyam dan terbuat dari kayu atau bambu yang tahan air.
Sultan dan Permaisuri mengunjungi tempat tinggal suku Bajau. Kedatangan Sultan dan Permaisuri disambut dengan luar biasa kemudian mereka diperkenalkan dengan tokoh-tokoh suku Bajau.
Ternyata di antara orang-orang baja Papu melihat bekas teman sepermainan. Rupanya suku Bajau adalah orang-orang Johor yang menetap di pulau-pulau.
Dicarikan dari Cerita Rakyat Sulawesi.
Asal-usul suku Bajau, oleh Bambang Narianto,
Penerbit Pioner Jaya, Bandung.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!