Puisi Remaja - Melukis Asa Melalui Rasa
INIRUMAHPINTAR - Puisi berikut ini adalah sebuah puisi bertema remaja berjudul Melukis Asa Melalui Rasa. Puisi ini mengandung nilai-nilai moral baik tersirat maupun tersurat. Semoga puisi ini bermanfaat untuk Anda.
Melukis Asa Melalui Rasa
Karya : Ahn Ryuzaki
sumber ilustrasi : Flickr |
Wahai remaja yang tumbuh menjelang dewasa,
Dirimu berharga menggenggam hari penuh suka,
Meski tawa dan candamu terkadang diselimuti duka,
Itulah lintasan penuh hikmah dan makna menuju asa,
Wahai darah muda berjiwa kesatria dan bersahaja,
Dirimu terkadang berontak ingin tahu banyak tentang dunia,
Semua hal ingin engkau coba tanpa pandang bulu dan bahaya,
Kiranya dirimu mengerti bahwa tak sedikit bahagia adalah fana,
Wahai generasi bangsa yang memiliki semangat luar biasa,
Baiknya wajah rupawan engkau hadapkan pada jalan berpahala,
Baiknya harga diri engkau perjuangkan menjadi pribadi bijaksana,
Jagalah kehormatan agar engkau pantas menjadi tumpuan nusantara,
Wahai remaja bergelar santri atau siswa di mana saja berada,
Waspadalah pada pemetik cinta yang membuatmu jatuh cinta,
Berhati-hatilah menjaga rasa dan bersabarlah sebelum waktunya tiba,
Jangan sampai setitik noda dan dosa merenggut cita-cita di depan mata,
Wahai jiwa muda bergelar remaja,
Belajarlah melukis asa melalui rasa,
Warnailah dirimu dengan warna sederhana,
Agar pantas dan tidak menjadi remaja percuma.
Teriring doa dari pendahulumu yang pernah muda,
Teriring petuah dari Ayah Bangsa yang telah tiada,
Jalani peranmu dengan baik demi nilai yang berharga,
Harga yang hanya dapat engkau tuai ketika telah dewasa.
Dirimu berharga menggenggam hari penuh suka,
Meski tawa dan candamu terkadang diselimuti duka,
Itulah lintasan penuh hikmah dan makna menuju asa,
Wahai darah muda berjiwa kesatria dan bersahaja,
Dirimu terkadang berontak ingin tahu banyak tentang dunia,
Semua hal ingin engkau coba tanpa pandang bulu dan bahaya,
Kiranya dirimu mengerti bahwa tak sedikit bahagia adalah fana,
Wahai generasi bangsa yang memiliki semangat luar biasa,
Baiknya wajah rupawan engkau hadapkan pada jalan berpahala,
Baiknya harga diri engkau perjuangkan menjadi pribadi bijaksana,
Jagalah kehormatan agar engkau pantas menjadi tumpuan nusantara,
Wahai remaja bergelar santri atau siswa di mana saja berada,
Waspadalah pada pemetik cinta yang membuatmu jatuh cinta,
Berhati-hatilah menjaga rasa dan bersabarlah sebelum waktunya tiba,
Jangan sampai setitik noda dan dosa merenggut cita-cita di depan mata,
Wahai jiwa muda bergelar remaja,
Belajarlah melukis asa melalui rasa,
Warnailah dirimu dengan warna sederhana,
Agar pantas dan tidak menjadi remaja percuma.
Teriring doa dari pendahulumu yang pernah muda,
Teriring petuah dari Ayah Bangsa yang telah tiada,
Jalani peranmu dengan baik demi nilai yang berharga,
Harga yang hanya dapat engkau tuai ketika telah dewasa.
Makna Puisi - Melukis Asa Melalui Rasa
Seperti sebelum-sebelumnya, puisi yang tertuang di rubrik sastra disertai dengan analisis makna puisi. Dengan proses ini, sobat pembaca dapat lebih mudah memahami pesan yang terkandung di dalam bait-bait puisi. Secara mendasar puisi ini memilih remaja sebagai objek, seirama dengan temanya. Untuk itu, bagi yang merasa masih remaja, sangat direkomendasikan untuk membaca penjelasan berikut ini hingga tuntas. Nah, mari kita mulai!
Di bait pertama, penulis menyapa remaja, sebagai objek sekaligus sumber inspirasi penulis. Penulis menegaskan atau mengenalkan bahwa status remaja merupakan fase peralihan menuju kedewasaan. Oleh karena itu, penulis mengingatkan bahwa masa-masa itu adalah masa-masa pencarian jati diri yang harus dihadapi secara hati-hati. Remaja harus meyakini bahwa dirinya sangat berharga sehingga jika salah memilih jembatan pergaulan di lingkungan sehari-hari akibatnya sangat merugikan di kemudian hari.
Di bait kedua, periode remaja digambarkan sebagai masa-masa super aktif dimana segala sesuatu ingin dicoba. Meski dilarang atau diberi peringatan oleh orang-orang terdekat, darah muda selalu mendorong para remaja untuk berbuat sesuka hati. Mereka tidak peduli akan bahaya dan resiko yang akan dirasakan dan bersikukuh untuk melakukan semaunya. Kesenangan adalah tujuan utama, bukan kebahagiaan. Bagi remaja bijak, mereka memilih kesenangan yang sekaligus hobi dan bermanfaat untuk masa depannya, tentu setelah mendengarkan petuah dari keluarga, khususnya orang tua. Namun, tidak sedikit yang terjebak ke dalam liang pesakitan karena mencoba-coba hal-hal yang negatif seperti Nark0ba, Mer0k0k, s3x bebas, perjud1an, mengonsumsi m1ra5, dan perbuatan terlarang lainnya.
Di bait ketiga, penulis kembali meyakinkan para remaja bahwa mereka memiliki kehormatan yang tak ternilai harganya andai mereka pandai menjaga diri. Mereka adalah calon-calon generasi penerus bangsa di masa depan. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika masa berharganya itu disia-siakan dan digunakan untuk hal yang percuma. Baiknya para remaja lebih mendekatkan dirinya pada aktivitas berfaedah dan memiliki nilai-nilai edukatif. Tentu ini tidak mudah berhubung banyaknya pengaruh. Namun, remaja yang berpikir jernih dan menuruti pesan-pesan orang-orang yang berhasil dan sukses akan tetap selamat melewati lorong-lorong uji coba di masa muda.
Di bait keempat, penulis berusaha lebih persuasif mengajak para remaja, khususnya remaja putri untuk benar-benar peduli pada kehormatan dan harga dirinya. Mereka bagai bunga yang sedang mekar. Itu sebabnya banyak kumbang-kumbang pengisap madu yang silih berganti mendekat. Mereka datang dan menghampiri dengan mengatasnamakan cinta. Namun, 99 persen dari ungkapan cinta itu hanyalah bualan. Yang benar adalah jika mereka mengajak menikah. Bukan dengan pacaran atau semacamnya.
Mengapa penulis begitu ketat mengingatkan? Itu dikarenakan di masa-masa seperti ini, remaja mulai mengalami pubertas. Hormon ketertarikan lawan jenis sudah mulai tumbuh. Jika disalurkan dengan cara salah maka akibatnya fatal. Tentu banyak kejadian menyedihkan dan tidak mengenakkan yang pernah kita saksikan di telivisi. Ada yang h4mil di luar nikah. Ada juga yang sampai melakukan ab0r5i. Tidak sedikit yang mengalami tipuan cinta dan berujung pada kekerasan 5ek5ual. Oleh karena itu, penulis mengingatkan para remaja untuk benar-benar menjaga dirinya dengan cara tidak pacaran, menutup aurat (bagi wanita memakai hijab syar'i), meluangkan waktu belajar agama, menjauhi pergaulan salah, tidak keluar malam semabarangan, dan jangan pernah coba-coba hal negatif meskipun diiming-imingi apapun.
Di bait kelima dan keenam, penulis melabuhkan pesan bijak agar para remaja dapat melukis asa-nya dengan mendahulukan rasa. Rasa untuk mengenali yang baik dan buruk. Rasa untuk mendeteksi kebaikan atau keburukan. Rasa untuk membedakan hitam dan putih. Rasa untuk mengerti manfaat atau mudharat. Kemudian diikuti dengan ketelitian dan kecerdikan memilah-milah pondasi kehidupan yang cocok dengan jati diri dan cita-cita di masa depan. Jika berkeinginan menjadi seorang dokter, maka perkuatlah ilmu eksakta, jika bersemangat ingin berprofesi sebagai ahli ekonomi atau hukum, permantaplah ilmu sosial. Namun, ada baiknya dan bahkan sangat dianjurkan untuk lebih mengenal Al-Quran. Andai bisa, jadikanlah Al-Quran sebagai pilihan pertama untuk dihafal, dimengerti, diamalkan, dan disyiarkan sembari mengejar ilmu-ilmu lainnya. Insya Allah, kebaikan dan keberkahan hidup akan menyertai. Perjuangan masa remaja yang begitu menyibukkan akan berbuah kenikmatan dan kebahagiaan luar biasa ketika sudah dewasa.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!