Tujuan, Alasan, dan Cara Penggunaan Sistem Penamaan llmiah (Nomenclature)
INIRUMAHPINTAR - Penjelasan tentang Tujuan, Alasan, dan Cara Penggunaan Sistem Penamaan llmiah (Nomenclature) penting untuk dipahami dalam pelajaran Biologi. Permasalahan dalam menyebut nama sebuah spesies menjadi cikal bakal sistem penamaan ilmiah. Setiap bahasa memiliki sebutan berbeda-beda. Buah pisang dalam Bahasa Indonesia misalnya disebut sebagai Gedang dalam bahasa Jawa. Sedangkan dalam Bahasa Bugis disebut Otti/Loka dan dalam Bahasa Inggris disebut banana. Andai tidak melihat objeknya, sangat mungkin orang yang mengerti bahasa Inggris dan orang yang hanya mengerti bahasa Indonesia tidak dapat mendeskripsikan buah yang sama.
sumber ilustrasi : pixabay.com |
Apa tujuan sistem penamaan ilmiah?
Untuk mengatasi permasalahan keanekaragaman sebutan dari berbagai bahasa, para ahli Biologi merasa perlu membuat suatu sistem penamaan yang berlaku secara universal. Bahasa yang disepakati untuk digunakan adalah Bahasa Latin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan keseragaman pemberian nama ilmiah dengan bahasa Latin adalah untuk menghilangkan kerancuan dan perbedaan terhadap suatu individu (spesies).
Apa alasan sistem penamaan ilmiah menggunakan bahasa Latin?
Selanjutnya, alasan pemberian nama spesies menggunakan bahasa Latin adalah sebagai berikut:
1. Bahasa Latin memiliki makna yang luas dengan kata yang singkat.
2. Bahasa Latin banyak digunakan oleh berbagai bahasa pada berbagai bangsa dan negara
3. Bahasa Latin mudah dimengerti oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan.
4. Bahasa Latin merupakan bahasa yang ideal untuk digunakan dalam mengidentifikasi suatu karakter makhluk hidup.
Bagaimana tata cara penggunaan sistem penamaan ilmiah?
Sistem penamaan atau pemberian nama ilmiah memiliki tata cara dan aturan yang telah disepakati. Sistem penamaan yang dibuat oleh Linnaeus terdiri dari dua suku kata disebut sistem penamaan biner (binominal nomenclature).
Dalam penggunaan sistem penamaan ilmiah, suku kata pertama merupakan nama genus dan penulisannya diawali dengan huruf kapital, sedangkan suku kata kedua merupakan nama spesies dan penulisannya dimulai dengan huruf normal. Nama genus berupa kata benda dan nama spesies berupa kata sifat. Kedua suku kata tersebut ditulis dengan huruf miring (italic) atau huruf normal digaris bawah terputus antara kata pertama dan kedua, contohnya Pinus resinusa (pinus merah) dan Pinus strobus (pinus putih).
Jika suatu nama ilmiah ditulis berulang-ulang, biasanya penulisan nama secara lengkap hanya dilakukan di bagian awal. Selanjutnya, penulisan nama tersebut dapat disingkat. Contoh: Pinus strobus, ditulis P.strobus.
Selain nama genus dan nama spesies, pada nama ilmiah dapat juga dibubuhkan singkatan nama penemu atau si pemberi nama. Misal Glicine max L. Huruf "L" singkatan dari Linnaeus. Artinya, Linnaeus-lah pemberi nama spesies tersebut.
Pada banyak kasus, spesies bukanlah kelompok terkecil dalam urutan takson. Spesies dapat dibagi lagi menjadi subspesies atau varietas. Misalnya Felis maniculata domesticus (kucing rumah) atau Hibiscus sabdarifa var alba (rosela varietas putih).
Pada banyak kasus, spesies bukanlah kelompok terkecil dalam urutan takson. Spesies dapat dibagi lagi menjadi subspesies atau varietas. Misalnya Felis maniculata domesticus (kucing rumah) atau Hibiscus sabdarifa var alba (rosela varietas putih).
Begitulah gambaran tentang sistem penamaan ilmiah. Semoga penjelasan-penjelasan tersebut di atas bermanfaat untuk pembaca.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!