INIRUMAHPINTAR - Puisi berikut ini bertema kebangsaan. Puisi ini terinspirasi dari keadaan bangsa Indonesia yang semakin carut-marut. Korupsi marajalela, nark0ba menggurita, aksi kekerasan dan perpecahan masih ada. Inilah kemudian yang menggugah penulis untuk mengungkapkan isi hati. Bukankah Indonesia kini layaknya telah menjadi bangsa yang mandiri, besar, kaya raya dan semua masyarakatnya bahagia. Namun, semua masih impian semata. Semoga puisi berjudul "Indonesia Rumah Kita" di bawah ini melahirkan semangat baru untuk Indonesia Jaya.
Indonesia Rumah Kita
Karya : Ahn Ryuzaki
Indonesia...
Tempat kita memadu cinta
Bernaung dari badai derita
Berlindung dari terik sengsara
sumber ilustrasi : pixabay.com |
Indonesia...
Ladang kita memintal bahagia
Mengubah duka menjadi suka
Bersatu padu meski berbeda
Demi Indonesia rumah kita
Indonesia...
Dari Sumatera hingga ke Papua
Melintasi Jawa hingga ke Sumbawa
Kita hanya menggenggam satu nama
Tanah air Indonesia, rumah kita
Bhinneka Tunggal Ika harus dijaga
Setiap ujian wajib dihadapi dewasa
Jangan sampai hilang tenggang rasa
Demi Indonesia jiwa raga kita
Di luar sana ada banyak pemangsa
Bandar nark0ba berwajah mahasiswa
Koruptor berbisa bersuara punggawa
Bagaikan serigala putih berbulu angsa
Karena itu tidak elok kita diam saja
Menatap bangsa tertipu kedok belaka
Terjebak tuan penjarah tak berperasa
Menjadi tuan rumah hanya makan sisa
Wahai anak bangsa Indonesia
Darah kita adalah bumi nusantara
Terlahir sebagai saudara sebangsa
Mari satu wujudkan merdeka sebenarnya
Ingat....Indonesia adalah rumah kita
Tanah, air, udara milik kita semua
Di sini kita pun akan berputih mata
Mari kita bersatu bahagia seutuhnya
Makna Puisi - Indonesia Rumah Kita
Puisi ini berisi seruan dan ajakan untuk mengingat bahwa sebagai masyarakat Indonesia, kita harus bersatu meskipun kita berbeda-beda. Kita harus mengutamakan toleransi agar tidak saling melukai. Toleransi yang benar-benar menjaga kebersamaan meskipun memiliki tatanan norma berbeda. Toleransi yang tidak mencederai kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat.Melalui puisi, penulis ingin menyadarkan kita sebagai bangsa Indonesia bahwa kita sebenarnya satu rumah. Ada yang berperan sebagai pondasinya, tiangnya, dindingnya, dan atapnya. Semua memiliki fungsi dan manfaat yang besar. Ketika salah satunya hilang maka keutuhan rumah tidak lagi sempurna. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus selalu mengedepankan akal sehat dan tenggang rasa dalam berinteraksi. Pemimpin wajib menjadi pendidik bangsa melalui aksi nyata dan tutur kata yang menenangkan hati. Sebaliknya, masyarakat harus patuh dan hormat terhadap pemimpinnya selama tidak melanggar tatanan kerukunan berbangsa dan bernegara.
Masalah-masalah bangsa seperti nark0ba, korupsi, dan masalah-masalah bangsa yang lain harus dihadapi bersama. Jangan sampai kita terlena dengan adu domba, dan propaganda perpecahan dari pihak luar. Indonesia harus bersatu melawan segala bentuk penjajahan, khususnya penjajahan yang tidak kasat mata. Kita jangan sampai tertinggal oleh peradaban bangsa lain. Kita harus bangkit dan berdaulat. Seluruh rakyat Indonesia berhak merasakan buah kemerdekaan, hasil jerih payah para pejuang bangsa di masa lalu.
Seluruh hak rakyat harus diberikan sebaik mungkin termasuk hak menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Masyarakat harus dijamin sandang, pangan, dan papannya. Biakkan potensi dalam negeri, dan jangan selalu bergantung kepada asing. Rebut dan kelola semua tambang sumber daya alam. Perbaiki sistem keamanan negara. Utamakan kemandirian di segala bidang. Indonesia mampu, cuma banyak oknum yang tidak menginginkan ini berhasil. Oleh karena itu, puisi ini menyiratkan petuah agar para penguasa dan pemangku kebijakan bekerja lebih giat demi rakyat.
Apalagi, di bumi Indonesia kita sedari dulu terlahir beragam. Makanya, tidak boleh ada kesenjangan. Jika satu menderita, semua harus ikut merasakan, dengan bergandengan tangan menghapus derita. Jika satu bahagia, semua harus ikut merasakan bahagia, bukan malah iri hati atau berniat melakukan hal tidak-tidak agar kebahagiaan orang lain terputus. Kita harus mendukung revolusi mental. Revolusi yang sesungguhnya bersumber dari akar pendirian bangsa. Ketika masyarakat Indonesia semakin didekatkan dengan ajaran agamanya, norma-norma lokalnya, maka kearifan dan tata krama dapat kembali menjadi simbol kekhasan Indonesia.
Anak-anak bangsa harus dididik untuk memahami keberagaman. Beragam dan berbeda bukan untuk saling membenci, melainkan untuk saling merangkul dan menghargai perbedaan. Jika ada yang salah, siapapun itu, berkuasa atau tidak, harus mendapat perlakuan sesuai hukum berlaku. Tidak boleh melindungi penguasa yang salah dan tidak boleh mengebalkan pemimpin yang melanggar hukum. Penindakan harus sama-sama adil. Jika pencuri sandal langsung ditindak, maka pencuri uang rakyat harus lebih cepat ditindak. Jika penghina dari kalangan kecil langsung ditangkap, maka penghina dari kalangan pejabat harus lebih cepat ditangkap. Semua bukan untuk merusak kebhinnekaan, melainkan untuk menjaganya.
Satu kali keadilan tidak ditegakkan, maka kericuhan akan timbul. Jika itu terjadi, hukum negara terancam. Oleh karena itu, semua pemicu-pemicu yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa harus dihindari. Negara harus benar-benar menjamin ketenangan, ketentraman, dan kemakmuran rakyatnya. Dengan harapan, Indonesia lebih kuat. Kuat membenarkan yang benar, dan menghukum yang salah. Tajam ke atas, dan tajam ke bawah. Runcing ke kiri, runcing ke kanan. Semua mendapat perlakuan seimbang agar tatanan keselarasan dan keserasian hidup berdampingan dapat semakin erat.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!