INIRUMAHPINTAR - Di pembahasan kali ini, penulis mengajak pembaca untuk
memperkaya pengetahuan tentang metode refleksi yang digunakan oleh para
filsuf. Selain itu, pembaca juga menyertakan ebook yang dapat dibaca di
bagian akhir artikel sebagai referensi dalam menyusun tulisan ini. Selamat berselancar dalam rubrik jendela ilmu!
Apa yang dimaksud metode refleksi?
Untuk memahami arti metode refleksi, sebaiknya kita harus memahami dulu arti dari kata "metode" dan "refleksi" secara terpisah.
Metode
merupakan cara, teknik, atau langkah-langkah yang diterapkan untuk
melakukan sesuatu agar berjalan sesuai dengan rencana dan menghasilkan
sebuah manfaat atau memecahkan sebuah permasalahan. Metode yang baik
harus berjalan lancar dan harus menuntaskan setiap urusan, kegiatan,
atau aktivitas-aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan,
refleksi adalah jenis berpikir untuk mencari kebenaran dalam kehidupan
manusia dengan cara mencari dan mengumpulkan bukti-bukti, menyimpulkan
dugaan mendasar, merumuskan teori-teori ilmiah yang sudah ada,
mencocokkan dengan logika dan ilmu pengetahuan manusia, serta terus
mengolah daya imaginasi dan pikiran logis yang tercipta. Refleksi ini
adalah ciri asli manusia, dan beginilah seorang filsuf sejati memulai
dan menjadi kegiatan berfilsafat mereka.
Apa metode refleksi yang sebenarnya?
Seorang
pemikir yang bijak atau biasa disebut sebagai filsuf selalu menggunakan
metode refleksi yang sederhana tetapi rumit untuk dijelaskan dan
dijawab secara tuntas. Metode refleksi tersebut dipengaruhi oleh tiga
dimensi kehidupan yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Jadi
pengalaman terdahulu, apa yang dialami saat ini, dan daya tangkap
berpikir jauh ke depan memberikan efek natural dan kompleks bagi filsuf.
Metode refleksi itu adalah "bertanya".
Pertanyaan yang dimunculkan oleh filsuf biasanya adalah pertanyaan sederhana dan melampaui informasi masa lalu dan masa kini. Pertanyaan tersebut muncul dari permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari manusia. Namun, untuk manusia pada umumnya hal ini tidaklah perlu dipikirkan terlalu mendalam. Namun filsuf justru menjadikan itu sebagai dasar untuk "bertanya". Dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tidaklah semudah mengedipkan mata karena terkadang pertanyaan-pertanyaan mereka aneh, bodoh, tidak masuk akal, menentang teori-teori terdahulu dan tak jarang dianggap hanya membuang waktu.
Namun, metode refleksi inilah yang menjadi titik tolak sebuah penemuan. Penemuan yang mampu menjadikan sebagian filsuf sebagai seorang pemimpin, penemu, dan ahli di bidangnya. Ketika proses "bertanya" terus berlangsung melalui proses "berpikir" hingga kemudian terjawab maka hasil yang diperoleh itulah yang membawa mereka menjadi pribadi yang bijak dalam bertindak, mudah menyelesaikan masalah, memiliki jiwa sosial dan kesederhanaan dalam kehidupan, serta bercita-cita luhur menciptakan kemaslahatan dan kebahagiaan untuk orang banyak.
Lalu, proses bertanya apa yang sering digunakan oleh filsuf. Jawabannya yaitu dengan menggunakan dua pertanyaan utama "apa" dan "bagaimana". Pertanyaan ini sekilas mirip dengan pertanyaan polos yang selalu diutarakan oleh anak kecil. Saat mereka belum mengetahui sesuatu, dengan penuh kepolosan mereka bertanya dan terus melakukan itu secara berulang-ulang. Rasa ingin tahu inilah yang juga dimiliki filsuf. Bedanya adalah anak kecil bertanya dengan tanpa tujuan berarti tetapi filsuf bertanya karena mereka ingin tahu "apa" dan "bagaimana" atas masalah yang ditemukan dan bagaimana solusinya.
Pertanyaan yang dimunculkan oleh filsuf biasanya adalah pertanyaan sederhana dan melampaui informasi masa lalu dan masa kini. Pertanyaan tersebut muncul dari permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari manusia. Namun, untuk manusia pada umumnya hal ini tidaklah perlu dipikirkan terlalu mendalam. Namun filsuf justru menjadikan itu sebagai dasar untuk "bertanya". Dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tidaklah semudah mengedipkan mata karena terkadang pertanyaan-pertanyaan mereka aneh, bodoh, tidak masuk akal, menentang teori-teori terdahulu dan tak jarang dianggap hanya membuang waktu.
Namun, metode refleksi inilah yang menjadi titik tolak sebuah penemuan. Penemuan yang mampu menjadikan sebagian filsuf sebagai seorang pemimpin, penemu, dan ahli di bidangnya. Ketika proses "bertanya" terus berlangsung melalui proses "berpikir" hingga kemudian terjawab maka hasil yang diperoleh itulah yang membawa mereka menjadi pribadi yang bijak dalam bertindak, mudah menyelesaikan masalah, memiliki jiwa sosial dan kesederhanaan dalam kehidupan, serta bercita-cita luhur menciptakan kemaslahatan dan kebahagiaan untuk orang banyak.
Lalu, proses bertanya apa yang sering digunakan oleh filsuf. Jawabannya yaitu dengan menggunakan dua pertanyaan utama "apa" dan "bagaimana". Pertanyaan ini sekilas mirip dengan pertanyaan polos yang selalu diutarakan oleh anak kecil. Saat mereka belum mengetahui sesuatu, dengan penuh kepolosan mereka bertanya dan terus melakukan itu secara berulang-ulang. Rasa ingin tahu inilah yang juga dimiliki filsuf. Bedanya adalah anak kecil bertanya dengan tanpa tujuan berarti tetapi filsuf bertanya karena mereka ingin tahu "apa" dan "bagaimana" atas masalah yang ditemukan dan bagaimana solusinya.
Apa keuntungan melakukan metode refleksi?
Melakukan
metode refleksi dalam kehidupan dapat melampaui informasi kehidupan
yang sudah ada. Akan tetapi ketika proses ini terjadi dengan baik hingga
kemudian menemukan jawaban yang "pas" maka lambat laun kepribadian akan
berubah menjadi lebih bijak, lebih menghargai diri, semakin tawadhu di
dalam menjalani kehidupan.
Seorang filsuf politik yang bertanya "bagaimana cara terbaik untuk membahagiakan rakyat?" lalu menemukan jawaban dan menerapkan teorinya dalam kehidupan, minimal dalam keluarganya, maka secara otomatis keluarganya akan mengalami potensi perubahan lebih baik dari sebelumnya. Atau seorang filsuf teknologi bertanya "apa yang harus dilakukan untuk menghindari macet?". Lalu melalui proses berpikir yang rumit hingga menemukan jawaban lalu menerapkannya menjadi "mobil atau motor yang bisa terbang dengan bahan bakar air" maka sesuatu yang baru telah tercipta demi kemaslahatan umat manusia.
Seorang filsuf politik yang bertanya "bagaimana cara terbaik untuk membahagiakan rakyat?" lalu menemukan jawaban dan menerapkan teorinya dalam kehidupan, minimal dalam keluarganya, maka secara otomatis keluarganya akan mengalami potensi perubahan lebih baik dari sebelumnya. Atau seorang filsuf teknologi bertanya "apa yang harus dilakukan untuk menghindari macet?". Lalu melalui proses berpikir yang rumit hingga menemukan jawaban lalu menerapkannya menjadi "mobil atau motor yang bisa terbang dengan bahan bakar air" maka sesuatu yang baru telah tercipta demi kemaslahatan umat manusia.
Apa hikmah yang dapat dipetik dari sebuah proses refleksi?
Proses
kehidupan yang dihadapi setiap manusia berbeda-beda. Permasalahan yang
dihadapi pun tak sama. Maka, meluangkanlah waktu untuk melakukan metode
refleksi diri di waktu luang adalah sebuah solusi yang patut dicoba.
Berpikir secara mendalam atas permasalahan yang ada sambil memejamkan
mata dalam kesunyian, mengatur hela nafas, serta yakin atas solusi yang
akan muncul secara alami dalam pikiran maka otak bawah sadar akan
terprogram dan mencari jawaban tersebut atau memberikan
alternatif-alternatif solusi yang dapat dipertimbangkan.
Apa yang terjadi jika tidak menemukan jawaban?
Nah,
ketika seseorang yang berpikir secara mendalam tanpa henti dengan
mengurung diri dan hanya mengandalkan diri sendiri hingga melampaui
keterbatasannya maka tak sedikit dari mereka yang akhirnya mengalami
proses kebuntuan dan kegilaan. Proses refleksi jenis ini adalah proses
yang tidak dianjurkan. Pada umumnya, filsuf atau calon filsuf yang
berakhir menjadi gila adalah mereka yang tidak memiliki pelampiasan dan
pengalihan proses berpikir.
Manusia yang beragama khususnya yang beragama Islam meyakini bahwa Tuhan itu maha Esa dan Maha Sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT karena itu ketika manusia memiliki masalah yang tak kuasa dihadapi, the only one solution is mengadulah pada Sang Pemilik alam semesta yang Maha mengetahui apa yang manusia tidak kita ketahui. Shalat tahajudlah, berdoalah dan mohon diberikan petunjuk, serta serahkan segalanya dengan penuh ikhlas apapun keputusan yang telah diambil esok hari agar senantiasa diberkahi dan diberi jalan keluar.
Penyeimbang kehidupan inilah yang terlupakan bagi filsuf-filsuf atau calon filsuf hingga menjadikan mereka gila dan sesat dalam kesesatannya.
Manusia yang beragama khususnya yang beragama Islam meyakini bahwa Tuhan itu maha Esa dan Maha Sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT karena itu ketika manusia memiliki masalah yang tak kuasa dihadapi, the only one solution is mengadulah pada Sang Pemilik alam semesta yang Maha mengetahui apa yang manusia tidak kita ketahui. Shalat tahajudlah, berdoalah dan mohon diberikan petunjuk, serta serahkan segalanya dengan penuh ikhlas apapun keputusan yang telah diambil esok hari agar senantiasa diberkahi dan diberi jalan keluar.
Penyeimbang kehidupan inilah yang terlupakan bagi filsuf-filsuf atau calon filsuf hingga menjadikan mereka gila dan sesat dalam kesesatannya.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kepatuhannya melakukan komentar yang sopan, tidak menyinggung S4R4 dan p0rnografi, serta tidak mengandung link aktif, sp4m, iklan n4rk0ba, senj4t4 ap1, promosi produk, dan hal-hal lainnya yang tidak terkait dengan postingan. Jika ada pelanggaran, maaf jika kami melakukan penghapusan sepihak. Terimakasih dan Salam blogger!